Kamis, 15 Mei 2014

Amal Sholih Bukan Sambilan

Amal Sholih sebagai bukti iman dan taqwa bukanlah aktivitas yang cukup dikerjakan di saat kita memiliki waktu luang dan bisa ditinggalkan saat sibuk. Tidak! Amal Islami terlalu agung dan mulia serta tidak bisa diperlakukan seperti itu. Menggabungkan diri dalam perjuangan agama [intima’] dengan beramal sholih tentu saja layak dan pantas dijalani lebih serius, bukan sekedar sambilan, atau bahkan menyepelekannya.

Amal sholih dalam Islam bukan seperti aktivitas dalam klub sains-ilmiah, komunitas profesi atau hobi atau ekskul sekolah/kampus yang cukup dikerjakan untuk sekedar tujuan riset, mengembangkan bisnis, atau pula bisa ditinggalkan saat lulus. Atau cukup dikerjakan saat masih bujang dan boleh ditinggalkan setelah menikah. Atau kita curahkan waktu sebelum kita mendapat pekerjaan dan setelah mendapatkannya kita tinggalkan

Sekali-kali tidak! Amal Islami bukanlah seperti itu. Perkara amal islami dan intima' kepadanya sama dengan perkara 'ubudiyah kepada Allah yang sebenarnya. Oleh karena itu, sudah sepantasnya seorang muslim tidak melepaskan diri dari amal islami kecuali bersamaan dengan keluarnya ia dari kehidupan ini. Sebagaimana Allah telah berfirman

“Sembahlah Rabbmu sampai datang kematian (ajal)” (TQS al-Hijr : 99)

Al-Qur'an tidak mengatakan 'Sembahlah Rabbmu sampai kamu diterima sebagai pegawai atau usahamu maju dan berkembang pesat atau sampai kamu menikah atau pula tercapainya hasrat dan keinginan dst’.

Para pendahulu kita as-salafush shalih memahami benar hakekat yang sangat penting dalam dienullah ini.

Kita dapati 'Ammar bin Yasir, beliau berangkat perang saat usia beliau telah mencapai 90 tahun. Beliau berangkat perang saat tulang-belulang beliau sudah rapuh, tubuh telah renta, rambut telah memutih, dan kekuatan sudah jauh berkurang.

Adalah Abu Sufyan yang masih bisa membakar semangat para pasukan muslimin untuk berperang saat beliau berumur 70 tahun. 

Begitu pun dengan Yaman dan Tsabit bin Waqasy. Keduanya tetap berangkat ke medan perang Uhud meski telah lanjut usia dan Rasulullah saw menempatkan mereka bersama kaum wanita, di bagian belakang pasukan.

Bahkan, Rasulullah SAW telah melaksanakan 27 pertempuran. Muhammad bin Ishaq berkata, "Jumlah seluruh perang yang dikomandoi langsung di lapangan oleh Rasulullah SAW adalah 27." Lalu beliau menyebutnya satu persatu. [al-Bidayah wa Nihayah 5/217].

Semua peperangan itu beliau jalami setelah usia beliau lewat 54 tahun. Bahkan perang Tabuk, perang yang paling berat bagi kaum muslimin, diikuti dan dipimpin langsung oleh beliau saat umur beliau telah mencapai 60 tahun.

Bagaimana Hari Ini?

Kita dapat saksikan, ternyata, ada sebagian kaum muslimin yang masih istiqomah dan tsiqoh meneladani para salafush sholih dalam ber amal sholih. Bahkan ada yang berusaha meningkatkannya dalam rangka mencapai maqom dan keutamaan sebagai Ath-Thoifah Manshuroh, sebagaimana termaktub dalam hadits Nabi SAW,

"Akan senantiasa ada sekelompok dari ummatku yang berperang menegakkan agama Allah, mengalahkan musuh mereka, dan tidak membahayakan mereka orang yang menyelisihi mereka hingga datang hari kiamat atas mereka, sedang mereka tetap dalam keadaan demikian. Kemudian Allah mengirim angin seperti angin misk, sentuhannya seperti sentuhan sutera, dan ia tidak meninggalkan jiwa yang di dalam hatinya terdapat iman seberat biji sawi, kecuali ia akan mencabutnya, kemudian tinggallah seburuk-buruk manusia, terhadap merekalah kiamat akan terjadi." (H.R Muslim).

Namun, ada juga sebagian kaum muslimin yang meninggalkan amal Islami setelah hasrat dan keinginannya tercapai; semisal: lulus dan meraih gelar sarjana, berhasil mendapatkan pendamping hidup idaman, meraih pekerjaan/ jabatan idaman, berkembangnya usaha dan beraneka pencapaian duniawi lainnya. Marilah kita renungkan bahwa sesungguhnya urusan dien dan Islam itu bukan urusan main-main, sebagaimana Firman-Nya:

.. Dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar. (TQS An-Nur. (24) : 15)

Marilah kita tepati janji yang telah kalian ikrarkan di hadapan Allah

.. Dan adalah perjanjian dengan Allah akan di minta pertanggung jawabnya. (TQS Al-Ahzab (33) : 15)

....Maka barang siapa yang melanggar janjinya niscaya akibat melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri...(TQS Al-Fath (48):10)

Jangan Sampai Menimpa Kita!

Siapapun yang dikuasai oleh nafsu ammarah bissu' [yang condong berbuat keburukan], ditipu oleh setan, atau mengundurkan diri dari medan amal islami hendaklah merenungkan firman Allah ini,

Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: 'Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). (TQS 9 : 75-76).

Sesungguhnya perkara amal islami ini sangat penting bagi seorang muslim sebagai komitmen tauhidnya dan sebaik-bekal yang dapat menghantarkannya ke jannah-Nya. Wallahu’alam bish showwab. [bud-jbr]