Sungguh, hal yang tidak bisa
kita pungkiri hari ini, di mana kemungkaran, kemaksiatan, dan kemunafikan telah
menjamur dan merajalela. Sebagian di antara kita, ada yang enggan dan berat
hati lagi menghiraukan nasihat serta petuah yang telah diwasiatkan oleh
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Sebagiannya lagi
nekat menerobos dan menerjang hukum-hukum Allah Subhânahu wa Ta’âlâ hanya
dengan dalih tidak selaras dengan akal dan pikiran manusia. Lâ
haula wala quwwata illâ billâh.
Maka ketahuilah wahai kaum
muslimin, bahwasanya menerobos dan menerjang hukum-hukum Allah dengan dalih
tidak selaras dengan akal dan pikiran merupakan tanda-tanda kemunafikan. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
“Apabila dikatakan kepada mereka, ‘Marilah
kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum rasul,
niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan
sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (terj QS an-Nisâ, [4]: 61)
Ada Apa dengan Munafik?
Munafik
adalah istilah yang berasal dari kata nifaq. Secara bahasa (etimologi), Nifaq berarti
salah satu lubang tempat keluarnya yarbu’
(hewan sejenis tikus) dari sarangnya, di mana jika ia dicari dari lobang yang
satu, maka ia akan keluar dari lobang yang lain. (Lihat an-Nihaayah fii
Ghariibil Hadiits (V/98) oleh Ibnul Atsiir)
Nifaq
menurut syara’ (terminologi) adalah menampakkan
keislaman dan kebaikan tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. Dinamakan
demikian karena dia masuk pada syari’at dari satu pintu dan keluar dari pintu
yang lain.
Apabila
yang disebut adalah munafik maka yang
dimaksud adalah kata munafiq yang berarti orang yang melakukan perbuatan nifaq.
Nifaq adalah
penyakit hati yang berbahaya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu
ditambah Allah penyakitnya. Dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka
berdusta.” (Terj QS Al-Baqarah: 10)
Apa saja Jenisnya?
1. Nifaq
I’tiqadi adalah nifaq dalam keyakinan dan merupakan nifaq besar (Nifaq
Akbar), di mana pelakunya menampakkan keislaman, tetapi menyembunyikan
kekufuran.
Nifaq Akbar jenisnya ada empat
macam, yaitu :
a. Mendustakan
Rasulullah SAW atau mendustakan sebagian dari apa yang beliau bawa.
b. Membenci
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam atau membenci sebagian apa yang beliau
bawa,
c. Merasa
gembira dengan kemunduran agama Islam,
d. Tidak
senang dengan kemenangan atau kebangkitan Islam.
2. Nifaq ‘Amali adalah nifaq perbuatan yaitu melakukan sesuatu yang
merupakan perbuatan orang-orang munafiq, tetapi masih tetap ada iman di dalam
hati (nifaq asghar).
Ibnu Rajab rahimahullahu
berkata:
“Kesimpulannya, kemunafikan
asghar semuanya kembali kepada berbedanya seseorang ketika sedang sendiri dan
ketika terlihat (bersama) orang lain” (Lihat Jami’ul ‘Ulum wal Hikam hal.
747)
Inilah Perbedaannya
1.
Nifaq
Akbar : menjadikan pelakunya keluar dari Islam,
Nifaq Asghar : tidak sampai mengeluarkan dari Islam.
2.
Nifaq
Akbar : tidak mungkin bersatu dengan keimanan,
Nifaq Asghar : mungkin ada pada seorang yang beriman.
3. Nifaq
Akbar : pelakunya kekal di neraka,
Nifaq
Asghar : pelakunya tidak kekal di neraka. (Lihat Kitabut Tauhid, Asy-Syaikh
Shalih Al-Fauzan)
Waspadai Bahayanya!
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan
yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang
penolong pun bagi mereka.” (terj QS An-Nisa: 145)
Ibnu Taimiyah rahimahullahu
berkata:
“Sebagian orang mengira
kemunafikan hanyalah ada di zaman Rasulullah SAW saja, tidak ada kemunafikan
setelah zaman beliau. Ini adalah prasangka yang salah. Hudzaifah radhiyallahu
‘anhu berkata: ‘Kemunafikan pada zaman ini lebih dahsyat dari kemunafikan di
zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Mereka berkata: ‘Bagaimana
(bisa demikian)?’ Beliau menjawab: ‘Orang-orang munafik di zaman Rasulullah SAW
menyembunyikan kemunafikan mereka. Adapun sekarang, mereka (berani) menampakkan
kemunafikan mereka’.”
Saudaraku sekalian . . .
Allah Subhanahu wa Ta’ala
memerintahkan agar kita berhati-hati dan menjauhi orang-orang munafik sebagaimana
firman-Nya:
“Mereka (orang-orang munafik)
adalah musuh maka hati-hatilah dari mereka…” (terj QS Al-Munafiqun: 4)
Marilah kita Bersandar kepada
Allah, meminta kemudahan, ketetapan hati, dan keistiqamahan untuk berjalan di
atas apa yang Allah Ta’âlâ ridhai. Mari kita jaga keluarga, dan orang-orang
yang diamanatkan urusannya di atas pundak kita dari murka dan azab Allah Ta’âlâ
Nas’alullah al-’afwa wal
afiyah. Wallahu
A’lam (and-lmj)