Kamis, 10 April 2014

Jauhilah Sifat-Sifat Munafik!

Sungguh, hal yang tidak bisa kita pungkiri hari ini, di mana kemungkaran, kemaksiatan, dan kemunafikan telah menjamur dan merajalela. Sebagian di antara kita, ada yang enggan dan berat hati lagi menghiraukan nasihat serta petuah yang telah diwasiatkan oleh Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Sebagiannya lagi nekat menerobos dan menerjang hukum-hukum Allah Subhânahu wa Ta’âlâ hanya dengan dalih tidak selaras dengan akal dan pikiran manusia.  Lâ haula wala quwwata illâ billâh.

Maka ketahuilah wahai kaum muslimin, bahwasanya menerobos dan menerjang hukum-hukum Allah dengan dalih tidak selaras dengan akal dan pikiran merupakan tanda-tanda kemunafikan. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,

“Apabila dikatakan kepada mereka, ‘Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum rasul, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (terj QS an-Nisâ, [4]: 61)

Ada Apa dengan Munafik?

Munafik adalah istilah yang berasal dari kata nifaq. Secara bahasa (etimologi), Nifaq berarti salah satu lubang tempat keluarnya yarbu’ (hewan sejenis tikus) dari sarangnya, di mana jika ia dicari dari lobang yang satu, maka ia akan keluar dari lobang yang lain. (Lihat an-Nihaayah fii Ghariibil Hadiits (V/98) oleh Ibnul Atsiir)

Nifaq menurut syara’ (terminologi) adalah menampakkan keislaman dan kebaikan tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. Dinamakan demikian karena dia masuk pada syari’at dari satu pintu dan keluar dari pintu yang lain.

Apabila yang disebut adalah munafik maka yang dimaksud adalah kata munafiq yang berarti orang yang melakukan perbuatan nifaq.

Nifaq adalah penyakit hati yang berbahaya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: 

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya. Dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (Terj QS Al-Baqarah: 10)

Apa saja Jenisnya?

1. Nifaq I’tiqadi adalah nifaq dalam keyakinan dan merupakan nifaq besar (Nifaq Akbar), di mana pelakunya menampakkan keislaman, tetapi menyembunyikan kekufuran.

Nifaq Akbar jenisnya ada empat macam, yaitu :
a.    Mendustakan Rasulullah SAW atau mendustakan sebagian dari apa yang beliau bawa.
b.    Membenci Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam atau membenci sebagian apa yang beliau bawa,
c.     Merasa gembira dengan kemunduran agama Islam,
d.    Tidak senang dengan kemenangan atau kebangkitan Islam.

2. Nifaq ‘Amali adalah nifaq perbuatan yaitu melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orang-orang munafiq, tetapi masih tetap ada iman di dalam hati (nifaq asghar).

Ibnu Rajab rahimahullahu berkata: 
“Kesimpulannya, kemunafikan asghar semuanya kembali kepada berbedanya seseorang ketika sedang sendiri dan ketika terlihat (bersama) orang lain” (Lihat Jami’ul ‘Ulum wal Hikam hal. 747)

Inilah Perbedaannya
1.   Nifaq Akbar : menjadikan pelakunya keluar dari Islam, 
    Nifaq Asghar : tidak sampai mengeluarkan dari Islam.
2.   Nifaq Akbar : tidak mungkin bersatu dengan keimanan, 
    Nifaq Asghar : mungkin ada pada seorang yang beriman.
3.  Nifaq Akbar : pelakunya kekal di neraka, 
   Nifaq Asghar : pelakunya tidak kekal di neraka. (Lihat Kitabut Tauhid, Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan)

Waspadai Bahayanya!

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.” (terj QS An-Nisa: 145)

Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata: 
“Sebagian orang mengira kemunafikan hanyalah ada di zaman Rasulullah SAW saja, tidak ada kemunafikan setelah zaman beliau. Ini adalah prasangka yang salah. Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Kemunafikan pada zaman ini lebih dahsyat dari kemunafikan di zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Mereka berkata: ‘Bagaimana (bisa demikian)?’ Beliau menjawab: ‘Orang-orang munafik di zaman Rasulullah SAW menyembunyikan kemunafikan mereka. Adapun sekarang, mereka (berani) menampakkan kemunafikan mereka’.”

Saudaraku sekalian . . .

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan agar kita berhati-hati dan menjauhi orang-orang munafik sebagaimana firman-Nya: 
“Mereka (orang-orang munafik) adalah musuh maka hati-hatilah dari mereka…” (terj QS Al-Munafiqun: 4)

Marilah kita Bersandar kepada Allah, meminta kemudahan, ketetapan hati, dan keistiqamahan untuk berjalan di atas apa yang Allah Ta’âlâ ridhai. Mari kita jaga keluarga, dan orang-orang yang diamanatkan urusannya di atas pundak kita dari murka dan azab Allah Ta’âlâ
Nas’alullah al-’afwa wal afiyah. Wallahu A’lam (and-lmj)