Allah
Ta’ala menjadikan keindahan ada dalam wanita meskipun pada hakikatnya antara
pria dan wanita sama di hadapan-Nya. Betapa indahnya sang wanita jika dihiasi
dengan syariat Allah. Ia menjadi anak yang taat kepada Allah dan kedua orang
tuanya. Jika ia menikah, ia menjadi penyayang bagi suaminya. Jika ia menjadi
ibu, ia menyayangi dan mendidik anak-anaknya dengan sebaik mungkin. Dari wanita
shalehah seperti inilah lahir pejuang-pejuang yang tangguh dan pemimpin yang
bijaksana. Perhatikan keadaan wanita pada masa Rasulullah saw. dengan generasi
salafush shalih sesudahnya. Mereka, kaum wanita itu, ada di balik segala
keberhasilan dan kecemerlangan peradaban Islam. Semoga wanita dewasa ini bisa
mengikuti jejak para pendahulunya.
Wanita dalam Al-Qur’an
Di
dalam Al-Qur’an terdapat 114 surah. Di dalamnya tidak ada satu pun surah
tentang pria (ar-rijal), tapi menariknya ada surah tentang wanita (An-Nisaa’),
bahkan lebih spesifik ada surah Maryam, meskipun dia bukan nabi. Keberadaan
kaum wanita sama mulianya dengan kaum pria di hadapan Allah, sehingga inilah
bantahan bagi gagasan kesetaraan gender, emansipasi wanita serta feminism yang
menganggap Islam menganak tirikan atau bahkan merendahkan kedudukan wanita.
“Maka,
Rabb mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): ‘Sesungguhnya Aku
tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik
laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian
yang lain …’” (TQS Ali Imran, 3: 195).
Keberadaan
wanita sebagaimana pria dalam kehidupan ini mengalami ujian yang
bermacam-macam. Namun, mereka juga harus tetap tegar dan shalihah seperti yang
dicontohkan Al-Qur’an dengan Asiyah, istri Fira’un yang sabar dalam menghadapi
ujian dari suaminya, atau seperti Maryam yang tabah menghadapi ujian hidup
tanpa suami. Sebaliknya, jangan seperti istri Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s.
yang berkhianat terhadap suaminya dan tidak taat kepada Allah.
Wanita pada Masa Rasulullah
Rata-rata
kaum wanita pada masa Rasulullah saw. Juga tidak ketinggalan ikut berlomba
meraih kebaikan, meskipun mereka juga sibuk sebagai ibu rumah tangga. Mereka ternyata
giat belajar dan memperdalam ilmu dien kepada Rasulullah saw.
Wanita
yang paling setia kepada Rasulullah adalah Khadijah yang telah berkorban dengan
jiwa dan hartanya. Kemudian Aisyah, yang banyak belajar dari Rasulullah
kemudian mengajarkannya kepada kaum wanita dan pria.
Ada
seorang wanita bernama Asma binti Sakan. Dia suka hadir dalam majelis ilmunya
Rasulullah saw. Pada suatu hari dia bertanya kepada Rasulullah, ”
Ya Rasulullah saw, engkau diutus Allah
kepada kaum pria dan wanita, tapi mengapa banyak ajaran syariat lebih banyak
untuk kaum pria? Kami pun ingin seperti mereka. Kaum pria diwajibkan shalat
Jum’at, sedangkan kami tidak; mereka mengantar jenazah, sementara kami tidak; mereka
diwajibkan berjihad, sedangkan kami tidak. Bahkan, kami mengurusi rumah, harta,
dan anak mereka. Kami ingin seperti mereka.
Maka, Rasulullah saw. menoleh
kepada sahabatnya sambil berkata, “Tidak pernah aku mendapat pertanyaan sebaik
pertanyaan wanita ini. Wahai Asma, sampaikan kepada seluruh wanita di
belakangmu, jika kalian berbakti kepada suami kalian dan bertanggung jawab
dalam keluarga kalian, maka kalian akan
mendapatkan pahala yang diperoleh kaum pria tadi.” (HR Ibnu Abdil Bar).
Ada
juga wanita yang tabah dalam kehidupan rumah tangga yang serba pas-pasan tapi
tidak pernah mengeluh seperti Asma’ binti Abi Bakar dan Fatimah.
Ada
juga wanita yang ikut berperang seperti Nasibah binti Kaab yang dikenal dengan
Ummu Imarah. Dia becerita,
”Pada Perang Uhud,
sambil membawa air aku keluar agak siang dan melihat para mujahidin, sampai aku
menemukan Rasulullah saw. Sementara, aku melihat pasukan Islam kocar-kacir.
Maka, aku mendekati Rasulullah sambil ikut berperang membentengi beliau dengan
pedang dan terkadang aku memanah. Aku pun terluka, tapi manakala Rasulullah
saw. terpojok dan Ibnu Qamiah ingin membunuhnya, aku membentengi beliau bersama
Mush’ab bin Umair. Aku berusaha memukul dia dengan pedangku, tapi dia memakai
pelindung besi dan dia dapat memukul pundakku sampai terluka. Rasulullah saw.
bercerita, ”Setiap kali aku melihat kanan kiriku, kudapati Ummu Imarah
membentengiku pada Perang Uhud.”
Kaum Wanita pada Masa Berikutnya
Ketika
Utsman bin Affan mengerahkan pasukan melawan manuver-manuver Romawi, komandan
diserahkan kepada Hubaib bin Maslamah al-Fikir. Istri Hubaib termasuk pasukan
yang akan berangkat perang. Sebelum perang dimulai, Hubaib memeriksa kesiapan
pasukan. Tiba-tiba istrinya bertanya,
”Di
mana saya menjumpai Anda ketika perang sedang berkecamuk?” Dia menjawab,”Di kemah komandan Romawi atau di surga.”
Ketika
perang sedang berkecamuk, Hubaib berperang penuh keberanian sampai mendapatkan
kemenangan. Segera dia menuju ke kemah komandan Romawi menunggui istrinya. Yang
menakjubkan, saat Hubaib sampai ke tenda itu, dia mendapatkan istrinya sudah mendahuluinya. Allahu Akbar!
Pada
masa Dinasti Abbasiyah yang dipimipin oleh Harun al-Rasyid, ada seorang
Muslimah disandera oleh tentara Romawi. Maka, seorang ulama bernama Al-Manshur
bin Ammar mendorong umat Islam untuk berjihad. Wanita itu pun ternyata menyaksikan
ceramahnya dan mengirimkan surat untuk ulama tsb,
”Aku mendengar tentara Romawi melecehkan wanita Muslimah dan engkau
mendorong umat Islam untuk berjihad, maka aku persembahkan yang paling berharga
dalam diriku. Yaitu, seuntai rambutku yang aku kirimkan dalam bungkusan itu.
Dan, aku memohon agar rambut itu dijadikan tali penarik kuda di jalan Allah
agar aku dapat nantinya dilihat Allah dan mendapatkan rahmatnya.”
Maka,
ulama itu menangis dan seluruh hadirin ikut menangis. Harun al-Rasyid kemudian
memutuskan mengirim pasukan untuk membebaskan wanita Muslimah yang disandera
itu.
Teladan bagi Wanita Kini
Kalau
kita cermati perkembangan wanita dewasa ini, memang cukup mengkhawatirkan
ditambah lagi berbagai upaya musuh Islam untuk menghancurkan kaum hawa dengan
berbagai cara melalui media massa yang merusak, maka tantangannya semakin berat.
Namun tak kalah menggembirakannya ternyata juga banyak kaum wanita berjilbab syar’i
serta mulai banyak munculnya majelis ilmu khusus wanita.