Sabtu, 12 April 2014

Beda Sunni dengan Syiah

Konflik Sunni-Syi’ah bukan persoalan baru, melainkan telah berlangsung semenjak beberapa abad yang lalu. Bahkan di Indonesia, konflik sunni-syi’ah pun sering terjadi, baik yang sempat maupun tidak sempat diekspose media masa. Biasanya, saat terjadi perseteruan antara Sunni dan Syi’ah, yang selalu disalahkan dan dianggap tidak toleran adalah kelompok mayoritas (sunni) sebagaimana yang pernah terjadi di Puger, Jember dan juga Mayoritas Sunni di Suriah.



Apakah Definisi Sunni dan Syiah?

Sunni adalah istilah lain untuk ahlus sunnah, tidak ada perbedaan di antara dua istilah ini. Ahlus Sunnah adalah orang-orang yang mengikuti sunnah Rasulullah SAW dan para sahabatnya, dan dalam memahami dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW tersebut mereka meneladani praktek dan pemahaman para sahabat, tabi’in dan orang yang mengikuti mereka. Dan makna ini sesuai dengan apa yang disebutkan oleh Rasulullah SAW tentang satu golongan yang selamat pada hadits yang diriwayatkan Tirmidzi: ”yaitu orang-orang yang berada pada jalanku dan jalannya para sahabatku dihari ini”.

Syiah menurut terminologi syariat, bermakna mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib lebih utama dari seluruh sahabat dan lebih berhak untuk menjadi khalifah kaum muslimin, begitu pula sepeninggal beliau (Al-Fishal Fil Milali Wal Ahwa Wan Nihal karya Ibnu Hazm)

Kapan Syiah Muncul?

Syiah mulai muncul setelah pembunuhan khalifah Utsman bin ‘Affan. Pada masa kekhalifahan Ali, syiah muncul tetapi masih menyembunyikan pemahaman mereka dan tidak menampakkannya kepada Ali dan umat Islam. Saat itu mereka terbagi menjadi tiga golongan.

Golongan Pertama yang menganggap Ali sebagai Tuhan. Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitab shahihnya, dari Ibnu Abbas ia mengatakan, “Suatu ketika Ali memerangi dan membakar orang-orang zindiq (Syiah yang menuhankan Ali). Andaikan aku yang melakukannya aku tidak akan membakar mereka karena Nabi pernah melarang penyiksaan sebagaimana siksaan Allah (dibakar), akan tetapi aku pasti akan memenggal batang leher mereka, karena Nabi bersabda: “Barangsiapa yang mengganti agamanya (murtad) maka bunuhlah ia“. 

Golongan Kedua yaitu Sabbah (pencela). Ali mendengar tentang Abu Sauda (Abdullah bin Saba’) bahwa ia pernah mencela Abu Bakar dan Umar, maka Ali mencarinya. Ada yang mengatakan bahwa Ali mencarinya untuk membunuhnya, akan tetapi ia melarikan diri. 

Golongan Ketiga yaitu Mufadhdhilah, mereka yang mengutamakan Ali atas Abu Bakar dan Umar. Padahal telah diriwayatkan secara mutawatir dari Nabi Muhammad, “Sebaik-baik umat ini setelah nabinya adalah Abu Bakar dan Umar”.

Dalam sejarah syiah mereka terpecah menjadi lima sekte utama yaitu Kaisaniyyah, Imamiyyah (rafidhah), Zaidiyyah, Ghulat dan Ismailliyah. Dari kelima sekte tersebut yang paling penting untuk diangkat adalah sekte imamiyyah atau rafidhah yang sejak dahulu hingga saat ini berjuang keras untuk menghancurkan kalangan ahlus sunnah, dan dengan berbagai cara menyebarkan berbagai macam kesesatannya. 

Terkait sebutan Rafidhah adalah karena mereka menolak mengakui khalifah Abu Bakar ra dan 'Umar bin Khaththab ra dan penolakan mereka atas sanjungan Zaid bin 'Ali bin Husain terhadap dua orang terbaik umat itu. Mereka menyikapi jawaban Zaid bin Ali bin Husain dengan "Rafadhnaka" yang artinya kami menolak jawabanmu, akhirnya mereka dikenal dengan nama Rafidhah.

Adapun syi’ah di Indonesia yang tergabung dalam organisasi IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia) -dimana tokohnya yakni Jalaluddin ‘Rahmat’ menjadi Caleg sebuah partai nasionalis- merupakan syi’ah Rafidhoh yang merupakan kelompok mayoritas yang tersebar hingga kini karena telah memiliki sebuah pemerintahan di Iran.

Apa Kesesatannya?

1.   Tentang Al-Qur’an
Didalam kitab Al-Kafi (dalam versi mereka seperti shahih al-Bukhari), karya Abu  Ja’far  Muhammad Bin Ya’kub Al-Kulaini (2/634), dijelaskan bahwa Al-Qur’an kita dan mereka tidak sama. Mereka juga meyakini bahwa Al-Qur’an yang ada di tengah-tengah kita sekarang ini telah mengalami perubahan.

2.    Tentang Sahabat
Al-Kulaini meriwayatkan, “Manusia (para sahabat) sepeninggal Nabi dalam keadaan murtad, kecuali tiga orang: al-Miqdad bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifari, dan Salman Al- Farisi.” (Al-kafi: 8/248, dinukil dari asy-Syi’ah wa ah-lil Bait hlm. 45) Mereka mencintai Ali Bin Abi Tholib secara berlebihan dan memusuhi para sahabat Rosululloh, terlebih lagi Abu Bakar dan Umar. Bahkan istri-istri nabi mereka anggap fasik dan kafir.

3.    Tentang Taqiyyah
Taqiyyah adalah berkata atau berbuat sesuatu yang menyelisihi keyakinan, dalam rangka nifaq, dusta, dan menipu umat manusia. Al-Kulaini meriwayatkan dalam Al-Kafi (2/175) dari Abu Abdillah, ia berkata kepada Abu Umar Al-A’jami: “wahai abu umar, sesungguhnya sembilan per sepuluh dari agama ini adalah taqiyyah, dan tidak ada agama bagi siapa saja yang tidak ber-taqiyyah.”(Dinukil dari firaq Mu’ashirah : 1/196)

4.    Tentang Raj’ah
Raj’ah  adalah  keyakinan hidupnya kembali orang yang telah meninggal (Reinkarnasi). ‘Ahli tafsir’ mereka, al Qummi ketika menafsirkan Surah an-Nahl 85 [Dan apabila orang-orang lalim telah menyaksikan azab, maka tidaklah diringankan azab bagi mereka dan tidak pula mereka diberi tangguh], berkata, “yang dimaksud dengan ayat tersebut adalah raj’ah.” Kemudian dia menukil dari Husain bin Ali bahwa ia berkata tentang ayat ini, “Nabi kalian dan Amirul Mukminin (Ali bin Abu Thalib) serta para imam akan kembali kepada kalian.”

5.      Tentang Al-Bada’
Al-Bada’ adalah mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. Bahkan mereka berkeyakinan bahwa al-bada’  ini terjadi pada Allah juga! Al-Kulaini dalam al-Kāfi (1/111), meriwayatkan dari Abu Abdillah (ia berkata), “Tidak ada pengagungan kepada Allah yang melebihi (penetapan sifat) al-Bada’.”

Perbedaan yang tidak mungkin disatukan

Beberapa perbedaan menonjol yang membuktikan mustahilnya gagasan penyatuannya Sunni – Syiah yaitu
1.    Pembawa agama Islam adalah Nabi Muhammad SAW, sedangkan Syi’ah diusung seorang Yahudi bernama Abdullah bin Saba’ al-Himyari. (Majmū’ Fatāwā: 4/435)
2. Rukun Islam menurut agama Islam adalah: syahadatain, shalat, zakat, puasa, dan haji. sedangkan rukun Islam ala Syi’ah adalah: shalat, puasa, zakat, dan haji, dan kekuasaan (imamah).
3.    Rukun iman menurut Islam ada 6: Iman kepada Allah, para malaikat, rasul-rasul, kitab-kitab, hari akhir, qadha’ dan qadar. Adapun rukun iman versi Syi’ah ada 5: tauhid, kenabian, imamah, keadilah dan kiamat.
4.     Shalat jum’at menurut Islam wajib hukumnya, sedang menurut Syi’ah tidak.
5.    Islam meyakini bahwa orang terbaik setelah Rasulullah adalah Abu Bakar (sebagaimana dalam hadits-hadits yang shahih), dan beliau adalah orang yang paling berhak menjadi khalifah sepeninggal Nabi saw serta beliau adalah orang terbaik setelah Nabi saw.

Ada hubungan dengan Yahudi

1.  Agama Yahudi mengatakan, tidak sah kerajaan kecuali pada keturunan Nabi Daud, Syi’ah mengatakan tidak sah kepemimpinan kecuali pada keturunan Ali            .
2.    Yahudi mengatakan, tidak ada jihad fi sabilillah sampai bangkitnya Dajjal dan turun pedang dari langit. Syi’ah berkata, tidak ada jihad fi sabilillah sampai muncul al-Mahdi dan terdengar suara memanggil dari langit.
3.    Orang-orang Yahudi mengubah Taurat, dan Syi’ah mengubah Al-Qur’an.
4.   Orang Yahudi memusuhi Jibril dan mengatakan dia adalah musuh kami dari kalangan malaikat. Syi’ah mengatakan Jibril keliru lantaran menyampaikan wahyu kepada Muhammad.

Apa Kata Ulama? 

Al-Imam Sufyan ats-Tsauri rah ketika ditanya tentang seorang yang mencela Abu Bakar dan Umar, beliau berkata, “Ia telah kafir kepada Allah.“ Kemudian  ditanya, “Apakah kita menshalatinya (bila meninggal dunia)?” Beliau berkata, “Tidak, tiada kehormatan (baginya) orang lain…” (Siyar A’lamin Nu-balā’, 7/253)

Demikianlah saudaraku, pembahasan ringkas mengenai Syi’ah dan perbedaan mereka. Maka kita  dapat tahu bahwa gerakan penyatuan antara Sunni-Syi’ah adalah mustahil untuk dicapai. Semoga dapat menjadi pencerahan bagi kita agar selalu waspada dengan konspirasi mereka dalam menghancurkan Islam. Wallohu A’lam (jibrl-bwi)