Jumat, 17 Januari 2014

Kenapa Ucapkan Natal Dilarang?



Menjelang tanggal 25 desember marak bertebaran spanduk, poster dan asesoris bertemakan ’Merry Christmast’. Tema ini lazim kita jumpai dalam perayaan natal kaum Nashrani, yang di negeri ini kita kenal sebagai penganut kristen dan katolik. Ironisnya, ada sebagian umat islam turut andil dalam perayaan tersebut Islam, dengan mengenakan atribut sinterklas, bahkan turut serta menyampaikan ucapan selamat natal bik secara langsung ataupun melalui media baik cetak, elektronik dan on-line

Kan Hanya Ucapan?

Mengucapkan selamat Natal itu sebenarnya punya makna yang lebih dari sekedar ucapan biasa, atau sekedar basa-basi. Tiap upacara dan perayaan suatu agama pastinya memiliki nilai sakral yang berkaitan dengan kepercayaan bersangkutan. Oleh karena itu masalah mengucapkan selamat kepada penganut agama lain tidak sesederhana yang dibayangkan. Sama dengan tidak sesederhananya bila ada seorang yang bukan muslim mengucapkan dua kalimat syahadat [Syahadatain]. Syahadatain itu ikrar yang harus disertai pembuktian dan konsekuensi hukum yang tidak sederhana, termasuk hingga masalah warisan, hubungan suami istri, status anak dan seterusnya. Padahal kan cuma dua penggal kalimat yang siapa pun mudah mengucapkannya.

Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita. Apalagi bila yang diikuti adalah terkait dalam perkara aqidah, ibadah, syi'ar dan kebiasaan. Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah melarang hal yang demikian, sebagaimana dalam sebuah hadits yang artinya : "Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut." (HR. At-Tirmidzi).

Bagaimana Hukumnya?

Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah berkata, "Memberikan ucapan selamat terhadap acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut adalah haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, "Selamat hari raya!" dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Seperti orang yang memberi selamat kepada orang lain atas perbuatan maksiat, bid'ah atau kekufuran. Padahal dengan itu ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala."

Abu Waqid meriwayatkan, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam saat keluar menuju perang Khaibar, beliau melewati sebuah pohon milik orang-orang musyrik, yang disebut dengan Dzaatu Anwaath, biasanya mereka menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon tersebut. Para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata, "Wahai Rasulullah, buatkan untuk kami Dzaatu Anwaath, sebagaimana mereka mempunyai Dzaatu Anwaath." Maka Rasulullah bersabda, "Maha Suci Allah, ini seperti yang diucapkan kaum Nabi Musa, 'Buatkan untuk kami tuhan sebagaimana mereka mempunyai tuhan-tuhan.' Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang yang ada sebelum kalian." (HR. At-Tirmidzi, ia berkata, hasan shahih).

Ada Konsekuensinya

Pengucapan tahni'ah (ucapan selamat) Natal kepada penganut Kristen juga memiliki dampak secara hukum yang tidak sederhana. Benar, bahwa muslimin menghormati dan menghargai kepercayaan agama lain bahkan melindungi -bila status mereka kafir dzimmi-. Namun perlu diberi garis tengah yang jelas. Manakah batasan hormat dan ridha di sini. Hormat adalah suatu hal dan ridha adalah yang lain.
Memberi ucapan selamat, mempunyai makna ridha, artinya kita rela dan mengakui apa yang mereka yakini. Ini sudah jelas masuk masalah aqidah. Dan inilah yang menjadi batas tegas. Jangan sampai ada perasaan takut di hati para kaum muslimin, dari beragam tingkat status sosial, ekonomi dan pendidikan, bila belum mengucapkan selamat Natal, akan dianggap kurang toleran, kurang ramah dan kurang menghargai agama lain. Disinilah tipu daya setan untuk memberikan penyakit kejiwaan yang hinggap dalam lubuk sanubari umat Islam. Bila kita tidak mengucapkan selamat Natal bukan berarti tidak menghormati  antar penganut agama. Ini kesimpulan yang salah besar tanpa dasar pemahaman Islam yang benar

Bukti Toleransi

Bahkan Umat Islam ini sebenarnya tidak perlu lagi diajari tentang toleransi dan kerukunan. Adanya orang Nasrani, serta agama lain yang berkembang di negeri yang berpenduduk mayoritas muslim ini dan mereka bisa beribadah dengan tenang selama bertahun-tahun adalah bukti konkrit yang tak terbantahkan  bahwa umat Islam menghormati mereka. Bandingkan dengan negeri-negeri lainnya di mana Umat Islam minoritas. Bagaimana mereka diteror, dipaksa, dipersulit, dibuat tidak betah, diganggu dan dianiaya. Dan fakta-fakta itu bukan rekayasa. Hal itu terjadi di mana pun di mana ada umat Islam yang minoritas baik Eropa, Amerika, Australia dan sebagainya.

Pantang Goyah!

Menjadi konsekuensi bagi setiap muslim yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat untuk melaksanakan Wala' dan Bara' yakni loyalitas dan kecintaan kepada saudara muslimnya dan berlepas diri dan menjauhkan diri dari golongan kafir dan pola hidupnya. Hal demikianlah yang merupakan dasar aqidah agar setiap muslim senantiasa mendapat perlindungan Allah dan diselamatkan dari azab yang pedih di dunia dan akhirat. Setiap muslim harus bangga dengan kemuliaan syariat Islam, berpendirian teguh dan tidak ikut-ikutan budaya kafir. Seperti halnya yang terkait merayakan dan mengucapkan natal serta memakai atribut perayaan tersebut, seperti seragam dan asesoris sinterklas, mengirim kartu ucapan Natal serta menghias pohon Natal.

Inilah Kesimpulannya

Jadi, tidak mengucapkan selamat natal itu justru bukti yang tidak terbantahkan toleransi dari umat Islam. Dan sebaliknya, saling memberi ucapan selamat justru bukti adanya upaya saling mempermainkan keyakinan beragama. Mari kita teguhkan kokohkan aqidah kita dengan mendakwahkan petunjuk kebenaran ini kepada saudara kita kaum muslimin untuk tidak mudah ikut-ikutan memberi ucapan selamat natal atau ucapan terkait perayaan kekufuran lainnya. Wallohu ‘alam bish showwab. [ekb-jbr]