Salah satu persoalan yang perlu mendapat perhatian serius tentang tanda-tanda kemunculan Dajjal adalah Fenomena Fitnah Duhaima’. Sebagaimana yang dijanjikan Rasulullah SAW, Duhaima’ yang bermakna kelam atau gelap gulita merupakan satu fitnah yang mengiringi kedatangan dajjal. Maka menjadi suatu hal yang sangat urgen untuk mengetahui hakikat dan bentuk dari fitnah ini.
Riwayat yang menyebutkan akan terjadinya fitnah ini adalah sebagaimana dikisahkan dari Abdullah bin ‘Umar ra, bahwasanya ia berkata, “Suatu ketika kami duduk-duduk di hadapan Rasulullah SAW memperbincangkan tentang berbagai fitnah, beliau pun banyak bercerita mengenainya. Sehingga beliau juga menyebutkan tentang fitnah Ahlas. Maka, seseorang bertanya, ’apa yang dimaksud dengan fitnah Ahlas?’ beliau menjawab, ‘yaitu fitnah pelarian dan peperangan. Kemudian fitnah Sarra’; kotoran atau asapnya berasal dari bawah kaki seseorang dari ahlu baitku, ia mengaku dariku padahal bukan dariku karena sesungguhnya waliku hanya orang-orang yang bertaqwa. Kemudian manusia bersepakat pada seseorang seperti bertemunya pinggul di tulang rusuk, kemudian fitnah Duhaima yang tidak membiarkan ada seseorang dari umat ini pasti dihantamnya. Jika dikatakan: ”ia telah selesai, maka justru ia berlanjut, di dalamnya seseorang pria pada pagi hari beriman, tetapi pada sore hari menjadi kafir, sehingga manusia terbagi menjadi 2 kemah; kemah keimanan yang tidak mengandung kemunafikan, dan kemah kemunafikan yang tidak mengandung keimanan. Jika itu terjadi, maka tunggulah kedatangan Dajjal pada hari itu atau besoknya.” (HR. Abu Dawud, kitabul Fitan no 4242, Ahmad 2/133,Al Hakim 4/467, dishahihkan syaikh Al-Albani dalam shahih Jami’us Shaghir no.4194 dan silsilah Al-Ahadits Ash-shahihah no 974)
Jika melihat hadits di atas, hakikat dan terjadinya fitnah-fitnah tersebut saling berhubungan satu sama lain. Peristiwa yang satu akan menjadi penyebab munculnya fitnah berikutnya. Adapun terkait fitnah Duhaima’, dimana kata Duhaima’ merupakan bentuk tasghir dari kata dahma’ yang berarti hitam dan kelam. Fitnah ini akan meluas mengenai seluruh umat ini. Meskipun dikatakan bahwa fitnah ini telah berhenti ia akan terus berlangsung dan bahkan telah mencapai puncaknya. Perlu kita ketahui tentang beberapa bentuk konkret dari fitnah Duhaima’ ini, antara lain :
1. Fitnah ini bersifat menghantam seluruh ummat Islam baik dari kalangan bangsa Arab maupun ‘ajam. Sungguh tidak dapat dibayangkan bentuk kedahsyatan fitnahnya!
2. Fitnah ini muncul dalam bentuk sarana informasi dan hiburan berupa televisi. Hampir tidak ada satupun rumah di negeri yang berpenduduk umat Islam yang tidak dapat ditembus oleh fitnah televisi
3. Bentuk lainnya berupa fitnah ‘anti terorisme’, yang sebenarnya bermakna perang terhadap Islam dan umat Islam, terkhusus umat islam yang memiliki jalan jihad sebagai cara untuk menegakkan agama (iqamatuddin), sebagaimana realita yang terjadi , fitnah perang “anti terorisme” ini telah membelah manusia dalam dua kelompok; kelompok mukmin sejati yang tanpa sedikitpun dicemari oleh kemunafikan, dan kelompok munafik yang tidak memiliki keimanan.
Setiap mukmin perlu waspada dengan berbagai isu yang menyudutkan kaum muslimin. Sangat mungkin bagi mereka yang tidak menyadarinya akan masuk dalam perangkap yang dibuat oleh musuh-musuh Islam. Sesungguhnya efek fitnah Duhaima’ ini akan memaksa setiap orang untuk memilih salah satu dari dua kemah; yang pertama, kemah keimanan yang tidak tercampuri dengan kemunafikan, dan kedua, kemah kenifakan yang tidak terdapat keimanan sedikitpun di dalamnya.
Apa yang harus kita lakukan jika Fitnah Duhaima’ ini telah mengetuk pintu rumah kita?
1. Adapun jika fitnah perang melawan umat Islam dengan kedok ‘anti terorisme’ ini menjadi tafsiran yang sesungguhnya dari fitnah Duhaima’ ini, maka solusi yang ditunjukkan oleh Rasulullah saw setiap muslim hendaknya tidak menunda amal dan bersegera dalam berbuat kebajikan. Beliau juga memerintahkan kita sebagaimana yang dikatakan kepada Hudzaifah Ibnul Yaman, “Lazimilah Jama’ah kaum muslimin dan imam mereka” ketika Khuzaifah bertanya lagi, “Jika mereka tidak memiliki jama’ah maupun imam?” Maka beliau bersabda, “jauhilah semua kelompok itu, meskipun engkau harus menggigit akar pepohonan sampai kematian mendatangimu dan engkau tetap berada dalam hal itu.” (Muttafaq Alaih). Dalam hadits tersebut Rasulullah SAW memerintahkan agar setiap muslimin bergabung bersama jama’tul muslimin dan pemimpin mereka. Sebab kebersamaan seseorang dengan komunitas muslim yang dipimpin oleh seseorang akan lebih menjadi sebab keberlangsungan Islam mereka.
Sedangkan meninggalkan jama’ah akan menyebabkan mereka semakin lemah dan mudah diterkam oleh musuh-musuhnya dan setanpun akan mudah untuk menyesatkan-nya, sebagaimana seekor kambing yang memisahkan diri dari komunitasnya. Namun jika mereka tidak mendapatkan komunitas muslim yang dipimpin oleh seorang mukmin sejati, maka uzlah dan menjauhkan diri dari kerumunan manusia merupakan solusi. Tentunya uzlah yang diperintahkan adalah uzlah yang mendatangkan maslahat untuk dirinya dan orang lain, bukan berangkat dari sikap melepas tanggungjawab. Maknanya adalah bahwa ia tetap harus mengupayakan terbentuknya basis yang di dalamnya berkumpul orang-orang yang memiliki cita-cita iqamatuddin. Dalam suasana seperti ini, maka ia harus benar-benar kuat dalam menggigit kebenaran itu,tidak mudah tertipu dengan sekelompok manusia yang dicap sebagai”penyeru ke neraka jahannam”.
2. Jika semua ini telah terjadi, dan ia terus berlangsung hingga kini, maka -yang terakhir- waspadailah akan datangnya Dajjal yang akan muncul di akhir zaman. Inilah yang diingatkan Rasulullah saw, ”jika itu sudah terjadi, maka tunggulah kedatangan dajjal pada hari itu atau besoknya”. Yang dimaksud dengan lafazh ini adalah jika fenomena terbelahnya umat ini menjadi dua kelompok telah terjadi, maka disaat itulah Dajjal akan keluar ke tengah-tengah manusia.
Satu hal yang harus diyakini bersama bahwa di akhir zaman nantinya, Umat Islam yang memahami bahaya fitnah ini akan komitmen dengan dakwah tauhid dan jihad dalam memerangi kezaliman. Maha Suci Allah yang telah menurunkan Islam sebagai aturan hidup untuk seluruh manusia yang hidup di muka bumi, yang mana di dalamnya Allah Azza Wajalla juga menurunkan syariat Jihad. Demikian muliaannya, syariat Jihad akan melenyapkan kesewenang-wenangan yang berlaku di muka bumi.
Selasa, 28 Mei 2013
MEWASPADAI FITNAH DUHAIMA
01.33