Selasa, 14 Mei 2013

Fakta Tersembunyi dari Hari Kebangkitan Nasional


Setiap 20 Mei, hampir setiap instansi, institusi dan media massa di Negeri yang berpenduduk Mayoritas Islam ini sibuk untuk memperingati "Hari Kebangkitan Nasional". Benarkah "Kebangkitan Nasional" itu mempunyai relasi dengan umat Islam? Ataukah hanya "pepesan kosong" yang sengaja ingin menjadikannya sebagai sebuah "khurafat’ baru? Apa yang menjadi latar belakang dan pengaruh peringatan hari kebangkitan ini, mari kita simak uraian berikut ini. 

Kebangkitan Nasional dan Freemasonry

Sejarah Kebangkitan nasional punya hubungan erat dengan freemasonry yang merupakan organisasi Yahudi Internasional, sekaligus merupakan gerakan rahasia paling besar dan berpengaruh di seluruh dunia yang berakar pada kepercayaan Mesir kuno yang disebut Kabbalah. Tujuan gerakan Freemasonry adalah mendirikan kehidupan baru di dunia yang tidak beriman kepada Allah ta’ala. Adapun indikator kuat terjalinnya hubungan ini ada 2 aspek yaitu: Kelahiran Boedi Oetomo dan Dicabutnya Keppres nomor 264 tahun 1962 tentang larangan organisasi freemason .


Het Jong Javaasche Verbond Boedi Oetomo atau Ikatan Pemuda Jawa Boedi Oetomo ini didirikan di Gedung STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Artsen), Batavia, pada 20 Mei 1908. Tahun berdirinya Boedi Oetomo adalah sama dengan tahun munculnya Gerakan Turki Muda (Young Turk Movement) yang dipimpin oleh Mustafa Kemal At-Taturk-la’natulloh. Gerakan Turki Muda ini berhasil menumbangkan kekhilafahan Islam, dan mengganti hukum Islam menjadi hukum sekuler. Bahkan, At-Taturk sendiri adalah anggota jaringan Freemason yang sangat anti dengan syari’at Islam. 

Dicabutnya Keppres nomor 264 tahun 1962 yang ditetapkan Presiden Soekarno tentang larangan keberadaan jaringan freemasonry di Indonesia, yang digantikan dengan Keppres nomor 69 tahun 2000 di masa Presiden RI Abdurrahman Wahid menjadi peluang emas keberadaan kelompok-kelompok Freemason-Yahudi seperti Rosikrusian, Moral Rearmament, Lions Club, Rotary Club, dan Baha’isme menjadi resmi dan sah kembali di Indonesia. Peluang tsb dimanfaatkan Freemason untuk menjalankan misi utamanya “menghapus pemisah antar manusia yakni ‘agama’”. Maka, jangan heran, jika berkembang pemikiran: ”Semua agama adalah sama, Semua agama adalah benar, karena merupakan jalan yang sama-sama sah untuk menuju tuhan yang satu.” (– Sementara “tuhan yang satu” yakni Lucifer -Setan pujaaan mereka) 

Perkembangan Freemasonry di Indonesia terkait erat dengan peran besar zionis-yahudi yang ‘terlibat’ dalam kelahiran Boedi Oetomo yang melahirkan dan mempengaruhi munculnya para tokoh yang mengembangkan doktrin ini, diantaranya : 

1. Dr. Radjiman Wediodiningrat, (yang juga merupakan tokoh yang memimpin jalannya sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang menjadi awal dari lahirnya dasar negara Indonesia (Pancasila), dengan bangga menyatakan bahwa, “Bakat dan kemampuan orang Jawa yang ada pada para aktivis Boedi Oetomo lebih unggul ketimbang ajaran Islam yang dianut oleh para aktivis Sarekat Islam.” 

2. Ada fakta lain yang lebih mencengangkan, Tokoh Boedi Oetomo lainnya, yakni dr. Tjipto Mangoenkoesomo, juga dengan sinis meminta agar bangsa ini mewaspadai bahaya “Pan-Islamisme”, yaitu bahaya persatuan Islam yang membentang di berbagai belahan dunia, dengan sistem dan pemerintahan Islam dibawah Khilafah Islamiyah. Pada tahun 1928, Tjipto Mangoenkoesoemo menulis surat kepada Soekarno yang isinya mengingatkan kaum muda untuk berhati-hati akan bahaya Pan-Islamisme yang menjadi agenda tersembunyi Haji Agus Salim dan HOS. Tjokroaminoto

3. Ir. Sarwono Kusumaatmaja [menteri di era pemerintahan Soeharto] dan Nur Kholis Madjid [penggagas sekulerisme dalam Islam], kedua tokoh ini dinobatkan sebagai Pahlawan Freemason Indonesia oleh majalah Kabana no.61 [media freemason] karena berperan membantu Freemasonry menghancurkan umat Islam melalui beragam opininya yang sinis dan antipasti terhadap umat islam dan ormas-ormas Islam. 


4. Ulil Abshar Abdalla, tokoh Jaringan Islam Liberal [JIL] yang pemikirannya memasarkan doktrin freemason tentang universal humanism [kemanusiaan]. Atas nama kemanusiaan, menurutnya, kelompok penoda Islam seperti Ahmadiyah pun harus dibiarkan, tak boleh diganggu gugat. Naudzu billahi min dzalik 


5. Benjamin Ketang, pendiri sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia-Israel Public Affairs Committee (IIPAC), sebuah LSM zionis yahudi Israel. Siapa sangka, Benyamin Ketang dan IIPAC berasal dan didirikan di Wuluhan, Jember, Jawa Timur. Pria yang memiliki nama asli Nur Hamid ini adalah kader muda NU dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). 

Artawijaya, pakar zionisme Internasional dan penulis artikel “Waspada, Hubungan Gelap Penguasa dan Pengusaha Israel”, menyebut Benyamin Ketang sebagai orang penting dalam hubungan dengan zionis yahudi Israel. Benyamin Ketang lewat IIPAC juga memperjuangkan hak-hak warga Yahudi dan keturunan mereka di Indonesia, sebagaimana dijelaskan di pasal 2 Akta Pendirian IIPAC, yakni menyelenggarakan kerjasama dengan lembaga-lembaga Israel, Yahudi Internasional, dan melindungi hak-hak warga Yahudi dan keturunan Yahudi di Indonesia serta memajukan kerjasama bisnis, investasi, IT, dan pendidikan tinggi dengan universitas di seluruh dunia. 

Peneliti Robert van Niels mengatakan, berhasilnya pengaruh freemason di negeri ini adalah dengan menjadikan berdirinya Boedi Oetomo, sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Padahal ini adalah keliru, karena dalam sejarahnya Boedi Oetomo hanya memajukan satu kelompok saja, yakni bangsawan jawa dan madura. Upaya tentang kebangkitan di Indonesia sudah diperjuangkan oleh para Ulama dan Tokoh Islam, Nusantara. Hakikat peringatan 20 Mei sebenarnya adalah Hari ‘Kebangkrutan’ Nasional. Karena bangsa ini dijebak dalam cara berfikir dan berperilaku untuk menjauh dari Ridho Allah, dengan tidak menjadikan Al-Qur’an dan As-sunnah sebagai sumber hukum dalam mengatur Negara.

Siapa pun yang dengan sadar memelihara pengkultusan 20 Mei, padahal mereka tahu tentang sejarah yang sesungguhnya dari organisasi ini, berarti telah ikut bergabung dengan barisan kaum yang merelakan hidupnya menanggung ‘kebangrutan’ di dunia dan akhirat. Wallahu ‘alam bish showwab