Jumat, 26 April 2013

Islam yang Murni


Islam wajib diamalkan secara murni, syaratnya tidak boleh dicampur dengan ajaran/ideologi ciptaan akal manusia seperti: demokrasi, sosialisme, nasionalisme, Pancasila dan lain-lain.
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa” (Qs Al-An’am 153).
Sebab Dinul Islam adalah haq wahyu Allah, sedangkan semua ideologi ciptaan manusia adalah batil wahyu syaitan.
Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, ia mengatakan: “Rasulullah SAW membuat garis dengan tangannya kemudian beliau mengatakan:
“Ini adalah jalan Allah yang lurus.”
Lalu beliau membuat garis di sebelah kanan dan kirinya, kemudian beliau bersabda:
“Jalan-jalan ini tidak ada satu jalan pun dari jalan-jalan tersebut melainkan di atasnya terdapat syaitan yang mengajak ke jalan itu.”
Kemudian beliau membaca ayat:
“Yang Kami perintahkan ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya” (HR Ahmad).

Kamis, 25 April 2013

MUSLIMAH DAN MUJAHIDAH





Islam memposisikan wanita dengan begitu mulia, karena generasi gemilang akan lahir dari rahimnya. Dalam masa kebudayaan jahiliyah sebelum datangnya Islam, wanita dianggap sangat rendah dan hina. Bahkan, tidak sedikit ketika lahir anak perempuan dikubur hidup-hidup. Mereka memandang wanita dengan sebelah mata, bahkan dianggap hina dan tidak berharga. Setelah datangnya Islam, terbukti wanita dapat menghirup udara bebas dan mendapat tugas untuk membangun sebuah masyarakat yang berbudaya dan beradab. 

Maka kita tidak heran bahwa dalam Islam tidak ada yang namanya diskriminasi terhadap wanita, tidak ada tuntutan emansipasi wanita dan feminisme. Karena sejak pertama kali diwahyukannya agama Islam ke muka bumi, Islam selalu menjunjung tinggi harkat dan martabat kaum wanita. syariat Islam yang seperti ini tidak akan luntur dimakan zaman, tak akan pernah berevolusi maupun revolusi. 

Wanita mendapatkan hak yang sama dengan laki- laki. Mereka tidak perlu repot-repot memperjuangkan persamaan hak seperti yang banyak dilakukan wanita barat sekarang ini. Wanita dalam Islam diberikan wilayah tersendiri untuk berjuang. Ketika wanita mantab untuk tetap berjuang di wilayah mereka, bukan berarti wanita menjadi rendah dari pada laki- laki. 

Allah ta’ala berfirman : 

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan“ (QS. An-Nahl : 97) 



Bukti pemuliaan Islam kepada kaum wanita lainnya adalah pengakuan Islam bahwa setiap orang baik laki-laki maupun wanita mempunyai kesempatan yang sama untuk berprestasi. 
Dalam Alquran surat An-Nisa ayat 32, Allah ta’ala berfirman, 

“Bagi orang laki-laki terdapat bagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi perempuan pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan.” 



Jika kita membaca sejarah para sahabat perempuan di zaman Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam, kita akan banyak menemukan kekaguman yang luar biasa. Mereka bukan hanya berilmu, berakhlaq, pandai membaca Al Qur’an, tapi juga jago pedang, berkuda dan memanah, dan tak sedikit yang menjadi ‘dokter’ yang pintar mengobati para shahabat yang terluka di medan perang. 

Para Muslimah yang selayaknya menjadi pahlawan adalah berjuang demi Agama, membela Rosul dan ajarannya, tidak mencari celah untuk mengingkari, apalagi menentang Allah. Beberapa tokoh Mujahidah di jaman Rosulullah antara lain: 


Nusaibah si Jago Pedang 


Kata Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam : “Tidaklah aku melihat ke kanan dan ke kiri pada pertempuran Uhud kecuali aku melihat Nusaibah binti Ka’ab berperang membelaku.” 


Memang Nusaibah binti Ka’ab Ansyariyah begitu cinta dan setianya kepada Rasulullah, sehingga begitu melihat junjungannya itu terancam bahaya, dia maju mengibas-ngibaskan pedangnya dengan perkasa, sehingga pantas apabila dijuluki dengan sebutan Ummu Umarah, pahlawan wanita Islam yang mempertaruhkan jiwa dan raga demi Islam. Ummu Umarah juga bersama Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam dalam menunaikan Baitur Ridhwan, yaitu suatu janji setia untuk sanggup mati syahid di jalan Allah. 



ilustrasi


Dalam perang Uhud, Seorang Muslim berlari mundur sambil membawa perisainya, maka Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam berseru kepadanya, “berikan perisaimu kepada yang berperang.” Lelaki itu melemparkan perisainya yang lalu dipungut oleh Nusaibah untuk melindungi Nabi. Subhanallah, subhanallah begitu luar biasa setianya beliau dalam membela baginda Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam. 

Khaulah binti Azur (Ksatria Berkuda Hitam)Diriwayatkan betapa dalam salah satu peperangan melawan pasukan kafir Romawi di bawah kepemimpinan Panglima Khalid bin Walid, tiba-tiba saja muncul seorang penunggang kuda berbalut pakaian serba hitam yang dengan tangkas memacu kudanya ke tengah-tengah medan pertempuran. Semangat jihad pasukan Muslimin pun terbakar kembali begitu mengetahui bahwa penunggang kuda berbaju hitam itu adalah seorang wanita, yakni Khaulah binti Azur. 

Keberanian Khaulah teruji ketika dia dan beberapa mujahidah tertawan musuh dalam peperangan Sahura. Katanya, “Kalian yang berjuang di jalan Allah, apakah kalian mau menjadi tukang pijit orang-orang Romawi? Mau menjadi budak orang-orang kafir? Dimana harga diri kalian sebagai pejuang yang ingin mendapatkan surga Allah? Dimana kehormatan kalian sebagai Muslimah? Lebih baik kita mati daripada menjadi budak orang-orang Romawi!” 

ilustrasi

Demikianlah Khaulah terus membakar semangat para Muslimah sampai mereka pun bulat tekad melawan tentara musuh yang mengawal mereka dan rela mati syahid jika gagal melarikan diri. “Janganlah saudari sekali-kali gentar dan takut. Patahkan tombak mereka, hancurkan pedang mereka, perbanyak takbir serta kuatkan hati. Insya Allah pertolongan Allah sudah dekat.” 

Dikisahkan bahwa akhirnya, karena keyakinan mereka, Khaulah dan kawan-kawannya berhasil melarikan diri dari kurungan musuh, Subhanallah.



Adapun di Indonesia pun ternyata memiliki tokoh muslimah yang juga meneladani semangat para mujahidah diantaranya adalah Malahayati yang hidupnya jauh sebelum Kartini lahir, sebagai Panglima Angkatan Laut wanita pertama di kepulauan Nusantara. Awalnya, Malahayati membentuk barisan prajuritnya terdiri dari para janda untuk melawan Belanda yang berusaha menjajah kerajaan Aceh. Karirnya pun semakin cemerlang sehingga pada tahun 1599, beliau membawahi ratusan armada perang dan berhasil membunuh Cornelis de Houtman yang terkenal bengis itu dengan tangannya sendiri.

Subhanallah, ternyata umat muslim juga memiliki jagoan wanita yang memang nyata adanya, semoga kita, dapat mengambil teladan dari mereka. Jika para wanita harus melakukan yang berbeda dengan laki- laki bukan berarti mereka terendahkan. Laki- laki memiliki wilayah sendiri, pun demikian dengan wanita. Laki- laki memiliki fisik yang lebih kuat, akal dan logika yang lebih dari pada wanita. Karena itulah mereka dipersiapkan untuk hidup di luar rumah, menghadapi segala konflik dan masalahnya. Sedangkan wanita lebih lembut, dan memiliki naluri sebagai seorang ibu yang telaten dan mengayomi lebih dari pada laki- laki. Untuk itu, Allah memberi ladang dakwah para wanita yang pas yaitu di rumah. Mereka bertugas menjaga anak, dan membereskan rumah suaminya. Dan ini bukan berarti mereka tidak termuliakan dibanding para laki- laki. Sungguh, Allah maha kuasa dalam pengaturan terhadap kebutuhan manusia. [zmh]

Selasa, 23 April 2013

Sepuluh Hal yang Perlu Diketahui Sebelum Menjadi Guru


Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diketahui sebelum Anda memulai pengajaran. Artikel ini diambil dari buku seri yang berjudul “Empowering the Beginning Teacher in Mathematics.”

1. Guru adalah pekerjaan terbaik di dunia! Umumkan kepada dunia dan orang-orang di sekitar Anda, “Saya adalah seorang guru!” Banggalah untuk menjadi seorang guru.

2. Anda akan membuat suatu kesalahan. Anda tidak akan dapat membatalkan kesalahan Anda. Akan tetapi menyesali itu semua secara berlarut-berlarut adalah tindakan yang sia-sia. Jika kesalahan Anda memerlukan permintaan maaf, lakukanlah dan teruslah melangkah maju. Tidak akan ada orang yang terus mengingat dan menilai kesalahan yang Anda perbuat.

3. Suatu hari Anda akan menangis, dan kabar baiknya, suatu hari Anda akan tertawa! Belajarlah untuk tertawa kepada siswa Anda dan kepada diri Anda sendiri.

4. Tidak ada orang yang dapat mengatur dan mengelola portofolio, proyek, jurnal, tulisan kreatif, dan assesmen siswa jenis lainnya pada waktu yang bersamaan dan dalam keaadaan yang normal! Memberikan semua jenis assesmen tersebut adalah hal yang tidak masuk akal jika Anda adalah seorang guru baru. Pilihlah beberapa jenis assesmen yang cocok dan dirasa Anda mampu untuk mengerjakannya. Buatlah inovasi assesmen pada tahun berikutnya.

5. Anda tidak dapat menjadi guru yang kreatif di setiap pembelajaran. Anda akan dituntut kreatif dalam menjalani profesi keguruan. Akan tetapi ada kalanya Anda kehabisan ide untuk menciptakan suatu pembelajaran yang kreatif. Carilah beberapa referensi yang dapat menginspirasi Anda, misalnya jurnal, artikel, buku teks, blog, dan sebagainya. Diskusikan ide kreatif yang telah Anda temukan kepada rekan seprofesi Anda, baik yang lebih senior ataupun junior.

6. Tidak semua siswa atau wali murid akan menyukai Anda. Dan sebaliknya, Anda juga tidak mungkin akan menyukai semua siswa ataupun wali murid Anda. Keadaan ini sangatlah wajar. Profesi guru tidak mengharuskan Anda untuk menyukai semua siswa dan orang tuanya, akan tetapi untuk mengajar semua siswa tersebut. Siswa tidak memerlukan teman seusia Anda, yang mereka perlukan adalah fasilitator, pemandu, dan model suri teladan bagi mereka.

7. Anda tidak harus menjadi sukarelawan bagi segalanya. Janganlah merasa bahwa Anda harus berkata iya untuk berpartisipasi pada semua hal. Cukuplah berkata, “Terima kasih telah mengingat saya, tetapi saya tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan tugas yang Anda berikan.” Tentunya, Anda harus menerima pekerjaan/tugas yang dibebankan kepada Anda jika Anda mampu untuk melaksanakannya. Tetapi ingat, Anda memiliki keterbatasan.

8. Mengajar akan menjadi mudah. Mungkin bukan besok atau minggu depan, tetapi pada suatu waktu di satu tahun ajaran, pekerjaan mengajar Anda akan menjadi lebih mudah. Cobalah untuk mengingat hari pertama Anda berada di kelas. Apakah Anda grogi? Ya, tentunya semua guru telah mengalami itu semua. Akan tetapi di tahun depan, Anda dapat mengingat hari itu, dan sadarilah betapa banyaknya pelajaran yang telah Anda peroleh.

9. Jika pembelajaran berlangsung dengan buruk, berhentilah. Jika Anda tidak berhasil dalam melaksanakan perencanaan yang telah Anda susun, berhentilah. Pakailah pendekatan pembelajaran yang lainnya. Kemudian belajarlah dari pengalaman tersebut, untuk memperbaiki pembelajaran yang akan datang.

10. Tidak semua siswa akan terus tertarik di setiap menit. Tidak peduli begitu bagusnya Anda mengajar, Anda akan menemukan saat di mana tidak ada siswa yang begitu tertarik pembelajaran di kelas. Solusinya adalah dengan menambahkan volume suara Anda, bergerak keliling kelas, atau mengganti pengajaran dengan aktivitas lain. Mungkin Anda dapat menggunakan peraga atau model untuk meningkatkan pemahaman siswa, atau mungkin juga akan meningkatkan motivasi mereka.

Senin, 22 April 2013

Hukum Islam Lebih Terpercaya

Masyarakat Afghan lebih mempercayai Pengadilan Islam Taliban daripada Pengadilan Pemerintah

Masyarakat Afghan lebih mempercayai Pengadilan Islam Taliban daripada pengadilan pemerintah

Ketika Wali Khan kembali ke Afghanistan pada tahun 2008, setelah menghabiskan hampir seluruh hidupnya di kamp pengungsi Afghanistan di Pakistan, hal pertama yang ingin ia lakukan adalah membangun sebuah rumah di sebidang tanah milik almarhum ayahnya di provinsi Paktia timur.

Tetapi ketika ia mencoba untuk mengambil kembali 70 hektar tanah miliknya, ia menemui kesulitan besar. Satu keluarga dari suku yang “berkuasa” memperingatkan Khan dan empat pamannya untuk tidak menyentuh tanah yang telah mereka klaim sebagai milik mereka. “Seluruh desa mengancam akan membunuh kami,” kata Khan, menambahkan bahwa Ahmedzais adalah keluarga yang “kuat, kaya, dan berpengaruh” di sana.

Ketegangan hampir saja bermuara pada kekerasan tahun lalu ketika Khan, paman-pamannya, dan keluarga Ahmedzais mengangkat senjata dan siap untuk berperang. “Ada bahaya nyata pertumpahan darah,” kata Khan (33), yang menjalankan sebuah laboratorium medis di ibukota provinsi, Gardez. Khan memutuskan untuk membawa kasusnya ke pengadilan resmi pemerintah, yang sudah dikenal korup dan lamban. Dia tidak punya pilihan karena dia tidak ingin mengambil risiko baku tembak.

Kemudian dia mendengar tentang Hakim Taliban yang menegakkan hukum Islam. Khan akhirnya memutuskan untuk membawa perseteruan lahannya ke pengadilan Islam Taliban. Keluarga Ahmedzais setuju, dengan mengatakan mereka tidak keberatan untuk mengajukan klaim mereka ke pengadilan Taliban. “Pengadilan Taliban lebih mudah, lebih transparan, dan cepat, dan menegakkan hukum Islam,” kata Khan. “Jika seorang hakim Taliban diketahui korup, dia akan dipenggal.”

Pengadilan Taliban tampaknya menjadi populer. Bahkan penasihat senior Presiden Afghanistan, Hamid Karzai, mengakui bahwa banyak warga Afghanistan lebih memilih pengadilan Taliban dari pada sistem hukum pemerintah.

Dan anggota DPR dari provinsi Zabul, Qadar Qalatwal, setuju, mengatakan pengadilan pemerintah daerah hanya memberi harapan hampa. “Pemerintah lokal tenggelam dalam korupsi sehingga tidak ada yang mempercayai sistem peradilan mereka,” katanya.

Akibatnya, semakin banyak warga Afghanistan yang mengalami ketidakadilan hukum lebih memilih sistem peradilan Taliban. “Orang Afghanistan datang dari seluruh kota-kota dan pedesaan, untuk menyelesaikan sengketa keluarga dan tanah, masalah pinjaman, dan bahkan masalah perempuan,” kata Hakim Pengadilan Tinggi Taliban, Habibullah Haqqani.

Khan mengatakan dirinya merasakan pengadilan Taliban terbukti memudahkan. “Warga tahu siapa saja hakim-hakim Taliban dan bagaimana cara menghubungi mereka,” kata Khan. Mengikuti instruksi mereka (warga), Khan melakukan perjalanan ke Pegunungan Shahikot di sepanjang perbatasan Pakistan, tempat di mana salibis AS melancarkan Operasi Anaconda pada tahun 2002, salah satu pertempuran yang terbesar melawan Taliban dan Al Qaeda

Khan berpikir bahwa ia akan menemukan ruang sidang tepat di desa setempat. “Saya pikir saya akan melihat spanduk dan ruangan yang penuh dengan pegawai dan orang-orang,” katanya. Tapi ternyata itu hanya sebuah pondok berdinding lumpur yang hampir kosong.

Kemudian seorang hakim tiba dengan mengendarai sepeda motor, tidak dengan mobil mewah seperti hakim pemerintah. Hakim tersebut kemudian mengajak Khan ke masjid terdekat di mana kemudian ia mewawancarai Khan dan mencatat hasil wawancara mereka. Hakim itu mengatakan dia akan mengirim beberapa pejuang Taliban untuk menghubungi 10 keluarga Ahmedzais, yang juga mengklaim tanah itu, dan mengundang mereka menghadiri pertemuan.

Sepuluh hari kemudian, sesuai dengan instruksi yang dikirim oleh hakim, Khan, paman-pamannya dan 10 keluarga Ahmadzais kembali ke Shahikot dimana hakim mengantar mereka ke ruang sidang di dekat sana. “Itu adalah pengadilan yang sederhana, hanya ada beberapa buku di ruangan itu, dan dua orang hakim Taliban,” kata Khan.

Dalam pertemuan yang berlangsung selama tiga jam itu, kedua belah pihak sama-sama mengklaim tanah yang disengketakan sebagai milik mereka. Pada akhirnya, salah satu hakim membuang beberapa dokumen milik pendukung Ahmedzais’, sambil mengatakan bahwa dokumen-dokumen itu palsu.

“(Di sana) saya benar-benar mendapati bahwa hakim Taliban merupakan ahli dokumen yang adil,” kata Khan. Para hakim itu kemudian menjadwalkan pertemuan berikutnya, kali ini untuk menyertakan kesaksian para saksi mata.

Jumat, 19 April 2013

SEPERTI APA ANAK DAN ISTRI KITA


Anak dan Istri adalah amanah dari Allah yang diberikan kepada suami untuk dididik dan dibina agar mereka dapat memurnikan ketaatan dalam mengibadahi-Nya serta mengenal Allah ta'ala sebagai Rabb-Nya dan Dalam hal mendidik anak, Al Qur'an memberikan pedoman, petunjuk juga peringatan akan menjadi apa anak yang kita didik dengan benar sesuai petunjuk Allah atau bertentangan dengan syariat Allah. Empat macam tipe anak:

1. Anak sebagai MUSUH

Hai orang-orang mu'min, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi MUSUH bagimu maka BERHATI-HATILAH kamu terhadap mereka dan jika kamu MEMAAFKAN dan TIDAK MEMARAHI serta MENGAMPUNI maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS At Taghabuun 64:14

2. Anak sebagai Fitnah/Cobaan

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). Ali Imran 3:14

Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besarQS Al Anfaal 8: 28

Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka, dalam keadaan kafir. QS At Taubah : 9: 85

Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. QS Al Munafiquun 63:9


Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. QS At Taghaabun 64: 15

3. Anak sebagai PERHIASAN DUNIA
Harta dan anak-anak adalah PERHIASAN KEHIDUPAN DUNIA tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. QS Al Kahfi 18:46
4. Anak sebagai PENYEJUK HATI

Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai PENYENANG HATI , dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. QS Al Furqan 25:74
Kita sesuai sunnatullah hidup berpasang-pasangan, sebagai pendamping atau pasangan ada tipe yang perlu kita ketahui

Tipe Istri

1. Istri sebagai MUSUH 

(lihat tipe anak sebagai musuh)
2. Istri sebagai Ujian/Fitnah

Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu BERKHIANAT KEPADA SUAMINYA , maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari Allah; dan dikatakan : "Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk ". 
QS At Tahriim 66:10
3. Istri sebagai penyejuk hati 

(lihat tipe anak sebagai penyejuk hati)

ADA KHOMER DI TOKO WARALABA




Hari Ahad (14/4 ) kemarin, masyarakat kita dikejutkan dengan ormas FPI yang melakukan sweeping miras di sejumlah toko waralaba di daerah Pandaan Jatim, yang berujung dengan pemecahan miras-miras yang berada di toko tersebut. Dan anehnya Wakapolres Pasuruan justru berjanji akan menindak tegas ormas FPI karena aksi tersebut merupakan tindakan kriminal ( detik.com 14/4). 

Melihat peristiwa ini, pastinya akan menimbulkan Pro dan Kontra di masyarakat. Namun pada intinya kita harus mengapresiasi positif terhadap saudara-saudara kita di FPI, karena sweeping tersebut pastilah dilatar belakangi oleh keprihatinan Umat Islam terhadap maraknya peredaran miras dan narkoba di negeri ini yang mengakibatkan keresahan di tengah masyarakat. 

Salah satunya, adalah berbagai tabrakan maut yang rata-rata diakibatkan karena pengemudi yang mabuk karena miras. Diantaranya, pengemudi Avanza maut yang dalam keadaan mabuk berat membuat dirinya tak mampu mengontrol kemudi mobilnya,sehingga menabrak mati 3 orang di Pejambon Jakarta Pusat (metrotvnews.com 9/2/12). Sebelumnya juga terjadi tabrakan maut di Gambir Jakarta Pusat pada 22 Januari 2012, dikarenakan sang pengemudi, Apriani Susanti,menyetir dalam keadaan mabuk sehingga merenggut nyawa 15 orang (tribunnews.com 26/1/2012). 

Perbedaan Alkohol Dan Khomer 

Dalam Ilmu Kimia, yang dimaksud Alkohol adalah semua senyawa organik yang dalam struktur molekulnya memiliki gugus hidroksil (-OH). Namun yang dimaksud Alkohol dalam kehidupan sehari-hari adalah Etanol (Etil Alkohol) dengan rumus molekul C2H5OH

Sifat farmakologis alkohol adalah begitu ia masuk ke dalam lambung, segera diserap oleh darah yang diteruskan ke otak sebagai depressan (penekan) saraf pusat. Kekuatan aksi menekan ini sangat bergantung pada kadar alkohol dalam darah. Alkohol dapat dibuat secara sintesis dan fermentasi. Fermentasi dapat dilakukan dengan cara penambahan mikroba atau dapat juga terjadi secara alamiah

Jika diteliti, khomer adalah cairan yang mengandung alkohol tinggi. Sedangkan cairan yang mengandung alkohol rendah dapat dibagi menjadi dua yaitu: 

1. Jika alkohol itu alami, seperti air jeruk, air anggur (perasan jeruk dan anggur) maka hukumnya boleh diminum. 

2. Jika alkohol itu hasil destilasi (alkohol murni, C2H5OH), yang dicampurkan dengan air lain, meskipun kadar alkoholnya hanya 0,01%, maka cairan tadi bersifat haram, karena termasuk dalam kategori khomer. Seperti : Bir putih (1-5%), Bir hitam (15%), Sake (10%), Campang (10-12%) dsb. 

Atau jika poin (1) di atas difermentasikan dengan membiarkannya sehingga kadar alkoholnya meningkat, maka hukum meminumnya adalah haram. 

Diriwayatkan dari Imam Muslim dengan mencantumkan “Bab Pembolehan Nabidz yang Belum Mengeras dan Belum Jadi Khomer”, beliau meriwayatkan hadist meminum nabidz (sari buah) yang masih alami. Alkohol sudah ada pada nabidz, namun dengan kadar yang rendah. 

Di antaranya ialah hadist dari Ibnu ‘Abbas. “Nabi membuat nabidz pada malam senin dan beliau meminumnya pada siang harinya sampai selasa sore. Jika masih tersisa, beliau tinggalkan minuman itu, kadang diminum pelayan, kadang dibuang”. Ini disesuaikan dengan kondisi apakah nabidz itu sudah menjadi khomer atau belum” (HR Muslim hal 271) 

Hadits ini menunjukkan bahwa boleh meminum jenis minuman yang secara alami ada kandungan rendah alkoholnya (poin 1). Adapun pada poin (2) diharamkan minuman yang ada unsur alkoholnya hasil destilasi . 

Hukum Khomer menurut Islam 

Khomer adalah setiap yang bila dikomsumsi akan memabukan atau hilang akal. Dan yang memabukkan itu hukumnya haram ( HR Bukhori). Jadi termasuk didalamnya Vodka, Whiskey, Bir Bintang, Anggur Kolesom dll. 

Karena bahayanya yang luar biasa, maka setiap aktifitas yang bersinggungan dengannya diharamkan. Bahkan dilaknat oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

"Allah telah melaknat khomer dan melaknat peminumnya, orang yang menuangkannya, pemerasnya, yang minta diperaskan, penjualnya, pembelinya, pembawanya, yang dibawakan kepadanya, dan pemakan hasilnya." (HR. Ahmad dan Abu Dawud, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud) 


Jika melihat hadist di atas, maka jelaslah bagi kita bahwa tindakan sweeping nahi mungkar FPI tidak dapat disalahkan mutlak secara syar’i. Karena yang mungkar bukan cuma peminumnya, tetapi juga bagian produksi, pengangkut (ekspedisi) maupun penjualnya seperti di toko waralaba tersebut. Termasuk juga pemerintah NEGARA RI yang mengambil pajak dari penjualan miras sebagai salah satu penerimaan negara (wikipedia.org) dan aparat yang melindungi peredaran khomer (seperti wakapolres Pasuruan tsb). Oleh karena itu, sudah saatnya negeri ini mengembalikan Syariat Islam sebagai Sumber Segala Sumber Hukum agar keamanan, kesejahteraan dan rahmat Allah segera turun di negeri ini. Karena dengan dihilangkannya khomer dalam rangka mematuhi Allah SWT, maka angka kriminalitas yang diakibatkan dari khomer akan turun dan masyarakat akan tenang. Selain itu, para pemilik, penyewa dan pegawai Alfamart, Indomaret dan toko penjual khomer lainnya hendaknya berinstropeksi diri, karena pekerjaan mereka termasuk salah satu yang dilaknat oleh Allah SWT. Semoga jadi renungan...(jat jbr)

Pemahaman yang Salah Kaprah tentang Islam sebagai Rahmatan lil Alamin



Permasalahan muncul ketika orang-orang menafsirkan ayat ini secara serampangan, bermodal pemahaman bahasa dan logika yang dangkal. Atau berusaha memaksakan makna ayat agar sesuai dengan hawa nafsunya. Diantaranya pemahaman tersebut adalah:


1. Berkasih sayang dengan orang kafir

Sebagian orang mengajak untuk berkasih sayang kepada orang kafir, tidak perlu membenci mereka, mengikuti acara-acara mereka, enggan menyebut mereka kafir, atau bahkan menyerukan bahwa semua agama sama dan benar, dengan berdalil dengan ayat:

وَما أَرْسَلْناكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ

“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi alam semesta” (QS. Al Anbiya: 107)

Padahal bukan demikian tafsiran dari ayat ini. Alloh Ta’ala menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh manusia, namun bentuk rahmat bagi orang kafir bukanlah dengan berkasih sayang kepada mereka. Bahkan telah dijelaskan oleh para ahli tafsir, bahwa bentuk rahmat bagi mereka adalah dengan tidak ditimpa musibah besar yang menimpa umat terdahulu. Inilah bentuk kasih sayang Alloh terhadap orang kafir, dari penjelasan sahabat Ibnu Abbas Rodhiallohu’anhu.

Bahkan konsekuensi dari keimanan kepada Alloh dan Rosul-Nya adalah membenci segala bentuk penyembahan kepada selain Alloh, membenci bentuk-bentuk penentangan terhadap ajaran Rosululloh Shollallohu ‘alaihi Wa sallam, serta membenci orang-orang yang melakukannya. 

Sebagaimana firman Alloh Ta’ala:

لاَ تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ


“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Alloh dan Rosul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka” (QS. Al-Mujadalah: 22)

Namun perlu dicatat, harus membenci bukan berarti harus membunuh, melukai, atau menyakiti orang kafir yang kita temui. Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnul Qoyyim dalam tafsir beliau di atas, bahwa ada orang kafir yang wajib diperangi, ada pula yang tidak boleh dilukai.

Menjadikan surat Al Anbiya ayat 107 sebagai dalil pluralisme agama juga merupakan pemahaman yang menyimpang. Karena ayat-ayat Al Qur’an tidak mungkin saling bertentangan.
Bukankah Alloh Ta’ala sendiri yang berfirman:

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإِسْلامُ
“Agama yang diridhoi oleh Alloh adalah Islam” (QS. Al Imron: 19)

Juga firman Alloh Ta’ala:

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi” (QS. Al Imron: 85)

Orang yang mengusung isu pluralisme mungkin menafsirkan ‘Islam’ dalam ayat-ayat ini dengan ‘berserah diri’. Jadi semua agama benar asalkan berserah diri kepada Tuhan, kata mereka. Cukuplah kita jawab bualan mereka dengan sabda Rosululloh Shollallohu ‘alaihi Wa sallam:

الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وتقيم الصلاة وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا

”Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada sesembahan yang berhak disembah selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Alloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhon dan mengerjakan ibadah haji ke Baitulloh jika engkau mampu melakukannya” (HR. Muslim no.8)

Justru surat Al Anbiya ayat 107 ini adalah bantahan telak terhadap pluralisme agama. Karena ayat ini adalah dalil bahwa semua manusia di muka bumi wajib memeluk agama Islam. Karena Islam itu ‘lil alamin‘, diperuntukkan bagi seluruh manusia di muka bumi. Sebagaimana dijelaskan Imam Ibnul Qoyyim di atas: 
“Islam adalah rahmat bagi setiap manusia, namun orang yang beriman menerima rahmat ini dan mendapatkan manfaat di dunia dan di akhirat. Sedangkan orang kafir menolaknya”.

2. Berkasih sayang dalam kemungkaran

Sebagian kaum muslimin membiarkan orang-orang meninggalkan shalat, membiarkan pelacuran merajalela, membiarkan wanita membuka aurat mereka di depan umum bahkan membiarkan praktek-praktek kemusyrikan dan enggan menasehati mereka karena khawatir para pelaku maksiat tersinggung hatinya jika dinasehati, kemudian berkata: “Islam kan rahmatan lil’alamin, penuh kasih sayang”. Sungguh aneh.

Padahal bukanlah demikian tafsir surat Al Anbiya ayat 107 ini. Islam sebagai rahmat Alloh bukanlah bermakna berbelas kasihan kepada pelaku kemungkaran dan membiarkan mereka dalam kemungkarannya.
Sebagaimana dijelaskan Ath Thobari dalam tafsirnya di atas, “Rahmat bagi orang mu’min yaitu Alloh memberinya petunjuk dengan sebab diutusnya Rosululloh Shollallohu ‘alaihi Wa sallam. Beliau Shollallohu ‘alaihi Wa sallam memasukkan orang-orang beriman ke dalam surga dengan iman dan amal mereka terhadap ajaran Alloh”.

Maka bentuk kasih sayang Alloh terhadap orang mu’min adalah dengan memberi mereka petunjuk untuk menjalankan perintah-perintah Alloh dan menjauhi apa yang dilarang oleh Alloh, sehingga mereka menggapai jannah. Dengan kata lain, jika kita juga merasa cinta dan sayang kepada saudara kita yang melakukan maksiat, sepatutnya kita menasehatinya dan mengingkari maksiat yang dilakukannya dan mengarahkannya untuk melakukan amal kebaikan.
Dan sikap rahmat pun diperlukan dalam mengingkari maksiat. Sepatutnya pengingkaran terhadap maksiat mendahulukan sikap lembut dan penuh kasih sayang, bukan mendahulukan sikap kasar dan keras. Rosululloh Shollallohu ‘alaihi Wa sallam bersabda:

إن الرفق لا يكون في شيء إلا زانه . ولا ينزع من شيء إلا شانه
“Tidaklah kelembutan itu ada pada sesuatu, kecuali akan menghiasnya. Tidaklah kelembutan itu hilang dari sesuatu, kecuali akan memperburuknya” (HR. Muslim no. 2594)

3. Berkasih sayang dalam penyimpangan beragama

Adalagi yang menggunakan ayat ini untuk melegalkan berbagai bentuk bid’ah, syirik dan khurofat. Karena mereka menganggap bentuk-bentuk penyimpangan tersebut adalah perbedaan pendapat yang harus ditoleransi sehingga merekapun berkata: “Biarkanlah kami dengan pemahaman kami, jangan mengusik kami, bukankah Islam rahmatan lil’alamin?”. Sungguh aneh.

Menafsirkan rahmat dalam surat Al Anbiya ayat 107 dengan kasih sayang dan toleransi terhadap semua pemahaman yang ada pada kaum muslimin, adalah penafsiran yang sangat jauh. Tidak ada ahli tafsir yang menafsirkan demikian.

Perpecahan di tubuh ummat menjadi bermacam golongan adalah fakta, dan sudah diperingatkan sejak dahulu oleh Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi Wa sallam. Dan orang yang mengatakan semua golongan tersebut itu benar dan semuanya dapat ditoleransi tidak berbeda dengan orang yang mengatakan semua agama sama. Diantara bermacam golongan tersebut tentu ada yang benar dan ada yang salah. Dan kita wajib mengikuti yang benar, yaitu yang sesuai dengan ajaran Nabi Shollallohu ‘alaihi Wa sallam. Bahkan Ibnul Qoyyim mengatakan tentang rahmat dalam surat Al Anbiya ayat 107: 

“Orang yang mengikuti beliau, dapat meraih kemuliaan di dunia dan akhirat sekaligus”. 

Artinya, Islam adalah bentuk kasih sayang Alloh kepada orang yang mengikuti golongan yang benar yaitu yang mau mengikuti ajaran Nabi Shollallohu ‘alaihi Wa sallam.

Pernyataan ‘biarkanlah kami dengan pemahaman kami, jangan mengusik kami’ hanya berlaku kepada orang kafir. Sebagaimana dinyatakan dalam surat Al Kaafirun:


قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

“Katakanlah: ‘Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku‘”

Sedangkan kepada sesama muslim, tidak boleh demikian. Bahkan wajib menasehati bila saudaranya terjerumus dalam kesalahan. Yang dinasehati pun sepatutnya lapang menerima nasehat. Bukankah orang-orang beriman itu saling menasehati dalam kebaikan?

وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍإِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (QS. Al ‘Ashr: 1–3)

Dan menasehati orang yang berbuat menyimpang dalam agama adalah bentuk kasih sayang kepada orang tersebut. Bahkan orang yang mengetahui saudaranya terjerumus ke dalam penyimpangan beragama namun mendiamkan, ia mendapat dosa. 
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi Wa sallam:

إذا عملت الخطيئة في الأرض كان من شهدها فكرهها كمن غاب عنها . ومن غاب عنها فرضيها ، كان كمن شهدها

“Jika engkau mengetahui adanya sebuah kesalahan (dalam agama) terjadi dimuka bumi, orang yang melihat langsung lalu mengingkarinya, ia sama seperti orang yang tidak melihat langsung (tidak dosa). Orang yang tidak melihat langsung namun ridho terhadap kesalahan tersebut, ia sama seperti orang yang melihat langsung (mendapat dosa)” (HR. Abu Daud no.4345, dihasankan Al Albani dalam Shohih Sunan Abi Daud)

Perselisihan pendapat pun tidak bisa dipukul-rata bahwa semua pendapat bisa ditoleransi. Apakah kita mentoleransi sebagian orang sufi yang berpendapat shalat lima waktu itu tidak wajib bagi orang yang mencapai tingkatan tertentu? Atau sebagian orang kejawen yang menganggap sholat itu yang penting ‘ingat Alloh’ tanpa harus melakukan sholat? Apakah kita mentoleransi pendapat Ahmadiyyah yang mengatakan bahwa berhaji tidak harus ke Makkah? Tentu tidak dapat ditoleransi. Jika semua pendapat orang dapat ditoleransi, hancurlah agama ini. Namun pendapat-pendapat yang berdasarkan dalil shohih, cara berdalil yang benar, menggunakan kaidah para ulama, barulah dapat kita toleransi.

4. Menyepelekan permasalahan aqidah

Dengan menggunakan ayat ini, sebagian orang menyepelekan dan enggan mendakwahkan aqidah yang benar. Karena mereka menganggap mendakwahkan aqidah hanya akan memecah-belah ummat dan menimbulkan kebencian sehingga tidak sesuai dengan prinsip bahwa Islam adalah rahmatan lil ‘alamin.

Renungkanlah perkataan Ash Shobuni dalam menafsirkan rahmatan lil ‘alamin: 
“Beliau Shollallohu ‘alaihi Wa sallam memberikan pencerahan kepada manusia yang sebelumnya berada dalam kejahilan. Beliau memberikan hidayah kepada menusia yang sebelumnya berada dalam kesesatan. Inilah yang dimaksud rahmat Alloh bagi seluruh manusia”. Rosululloh Shollallohu ‘alaihi Wa sallam menjadi rahmat bagi seluruh manusia karena beliau membawa ajaran tauhid. Karena manusia pada masa sebelum beliau diutus berada dalam kesesatan berupa penyembahan kepada sesembahan selain Alloh, walaupun mereka menyembah kepada Alloh juga. Dan inilah inti ajaran para Rosul. Sebagaimana firman AllohTa’ala:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rosul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Alloh saja, dan jauhilah Thoghut’ ” (QS. An Nahl: 36)

Selain itu, bukankah masalah aqidah ini yang dapat menentukan nasib seseorang apakah ia akan kekal di neraka atau tidak? Alloh Ta’ala berfirman:

نَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Alloh, maka pasti Alloh mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun” (QS. Al Maidah: 72)

Oleh karena itu, adakah yang lebih urgen dari masalah ini? Kesimpulannya, justru dakwah tauhid, seruan untuk beraqidah yang benar adalah bentuk rahmat dari Alloh Ta’ala. Karena dakwah tauhid yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi Wa sallam adalah rahmat Alloh, maka bagaimana mungkin menjadi sebab perpecahan ummat? Justru kesyirikanlah yang sebenarnya menjadi sebab perpecahan ummat. 
Sebagaimana firman Alloh Ta’ala:


وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا ۖ كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ

“Janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Alloh, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka” (QS. Ar Ruum: 31-32)

Rahmat Allah Mendahului Murka-Nya

Pembaca yang dirahmati oleh Allah. Terdapat sebuah hadits dari Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

“Tatkala Allah menciptakan para makhluk, Dia menulis dalam kitab-Nya, yang kitab itu terletak di sisi-Nya di atas ‘Arsy, “Sesungguhnya rahmat-Ku lebih mengalahkan kemurkaan-Ku.” (HR. Bukhari no. 6855 dan Muslim no. 2751)

Di dalam Fathul Bari, hadits di atas menjelaskan bahwa rahmat Allah ta’ala lebih dahulu ada dan lebih luas daripada murka-Nya. Hal itu disebabkan rahmat Allah ta’ala adalah sifat yang sudah melekat pada diri-Nya (sifat dzatiyyah) dan diberikan kepada makhluk-Nya tanpa sebab apapun. Dengan kata lain, walaupun tidak pernah ada jasa dan pengorbanan dari makhluk-Nya, pada asalnya Allah ta’ala tetap sayang kepada makhluk-Nya. Dia menciptakannya, memberi rizki kepadanya dari sejak dalam kandungan, ketika penyusuan, sampai dewasa, walaupun belum ada amal darinya untuk Allah ta’ala. Sementara murka-Nya timbul dengan sebab pelanggaran dari makhluk-Nya. Maka dari itu, rahmat Allah ta’ala sudah tentu mendahului murka-Nya.

Luasnya Rahmat Allah

Dari hadits di atas juga menunjukkan betapa luasnya rahmat Allah yang diberikan kepada makhluk-Nya. Berikut kami sampaikan beberapa riwayat yang berkaitan dengan luasnya rahmat Allah ta’ala.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Allah menjadikan rahmat (kasih sayang) itu seratus bagian, lalu Dia menahan di sisi-Nya 99 bagian dan Dia menurunkan satu bagiannya ke bumi. Dari satu bagian inilah seluruh makhluk berkasih sayang sesamanya, sampai-sampai seekor kuda mengangkat kakinya karena takut menginjak anaknya.” (HR. Bukhari no. 5541 dan Muslim no. 2752)

Dari Umar bin Al Khattab radhiyallahu ‘anhu, beliau menuturkan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kedatangan rombongan tawanan perang. Di tengah-tengah rombongan itu ada seorang ibu yang sedang mencari-cari bayinya. Tatkala dia berhasil menemukan bayinya di antara tawanan itu, maka dia pun memeluknya erat-erat ke tubuhnya dan menyusuinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada kami, “Apakah menurut kalian ibu ini akan tega melemparkan anaknya ke dalam kobaran api?” Kami menjawab, “Tidak mungkin, demi Allah. Sementara dia sanggup untuk mencegah bayinya terlempar ke dalamnya.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh Allah lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya daripada ibu ini kepada anaknya.” (HR. Bukhari no. 5999 dan Muslim no. 2754)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kalau seandainya seorang mukmin mengetahui segala bentuk hukuman yang ada di sisi Allah niscaya tidak akan ada seorang pun yang masih berhasrat untuk mendapatkan surga-Nya. Dan kalau seandainya seorang kafir mengetahui segala bentuk rahmat yang ada di sisi Allah niscaya tidak akan ada seorang pun yang berputus asa untuk meraih surga-Nya.” (HR. Bukhari no. 6469 dan Muslim no. 2755)

Jangan Berputus Asa dari Rahmat Allah

Setelah mengetahui betapa luasnya rahmat Allah ta’ala, maka seharusnya kita lebih bersemangat lagi untuk menggapainya dan jangan sampai berputus asa darinya. Sikap putus asa dari rahmat Allah inilah yang Allah sifatkan kepada orang-orang kafir dan orang-orang yang sesat. Allah berfirman, 

“Mereka menjawab, ‘Kami menyampaikan berita gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa’. Ibrahim berkata, ‘Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Rabb-Nya, kecuali orang-orang yang sesat’.” (QS. Al Hijr: 55-56)

Dan juga firman-Nya, “Wahai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf: 87). 

Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaly hafidzahullah memberikan faidah untuk ayat di atas, “Oleh sebab itu, berputus asa dari rahmat Allah ta’ala merupakan sifat orang-orang sesat dan pesimis terhadap karunia-Nya merupakan sifat orang-orang kafir. Karena mereka tidak mengetahui keluasan rahmat Rabbul ‘Aalamiin. Siapa saja yang jatuh dalam perbuatan terlarang ini berarti ia telah memiliki sifat yang sama dengan mereka, laa haula wa laa quwwata illaa billaah.”
Selain itu, berputus asa dari rahmat Allah juga termasuk salah satu diantara dosa-dosa besar. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ditanya tentang dosa-dosa besar beliau menjawab, “Yaitu syirik kepada Allah, putus asa dari rahmat Allah, dan merasa aman dari makar/adzab Allah.” (HR. Ibnu Abi Hatim, hasan)


Ampunan Allah Termasuk Rahmat-Nya

Pembaca yang dirahmati Allah, salah satu bentuk luasnya rahmat Allah adalah luasnya ampunan Allah bagi para hamba-Nya yang pernah melakukan kemaksiatan kepada Allah, selama hamba tersebut mau bertaubat. Allah ta’ala berfirman, 

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53)

Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan ayat di atas, “Ayat yang mulia ini berisi seruan kepada setiap orang yang berbuat maksiat baik kekafiran dan lainnya untuk segera bertaubat kepada Allah. Ayat ini mengabarkan bahwa Allah akan mengampuni seluruh dosa bagi siapa yang ingin bertaubat dari dosa-dosa tersebut, walaupun dosa tersebut amat banyak, bagaikan buih di lautan.”

Kemudian beliau menambahkan, “Berbagai hadits menunjukkan bahwa Allah mengampuni setiap dosa (termasuk pula kesyirikan) jika seseorang mau bertaubat. Janganlah seseorang berputus asa dari rahmat Allah, walaupun begitu banyak dosa yang ia lakukan karena pintu taubat dan rahmat Allah begitu luas.”
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Allah ta’ala berfirman, “…Hai anak Adam, sungguh seandainya kamu datang menghadapKu dengan membawa dosa sepenuh bumi, dan kau datang tanpa menyekutukan-Ku dengan sesuatupun. Sungguh Aku akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. Tirmidzi, hasan)

Jangan Kau Undang Murka Allah dan Merasa Aman Darinya

Banyak manusia yang terlena karena luasnya rahmat dan kasih sayang Allah terhadapnya, sehingga menjadikan dia merasa aman dari datangnya murka Allah disebabkan dosa dan kemaksiatan yang ia lakukan. Kemurkaan Allah bisa datang berupa adzab dan siksa baik di dunia maupun di akhirat.

Allah ta’ala berfirman, “Maka apakah mereka aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga datangnya)? Tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raf: 99). 

Ayat tersebut menjelaskan bahwa diantara sifat orang-orang musyrik adalah mereka merasa aman dari siksa Allah dan tidak merasa takut dari siksa-Nya.Maka hakikat adzab (makar) Allah ta’ala ialah Allah memberikan kelonggaran kepada seorang hamba yang senantiasa berbuat dosa dan maksiat dengan memudahkan urusannya (dalam bermaksiat) sehingga di benar-benar merasa aman dari murka dan siksa-Nya. Dan hal inilah yang dinamakan “istidraj”.

Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, 

“Jika Allah memberikan kenikmatan kepada seorang hamba padahal dia tetap dengan maksiat yang dikerjakannya, maka sesungguhnya itu adalah istidaj.” Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam membacakan firman Allah, “Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong. Maka ketika itu mereka terdiam dan berputus asa.” [QS. Al An'am: 44] (HR. Ahmad, shahih)

Miliki Rasa Harap (raja’) dan Takut (khauf)

Sudah seharusnya bagi seorang muslim untuk memiliki rasa harap (raja’) dan takut (khauf) dalam dirinya. Yaitu senantiasa berharap atas rahmat Allah dan tidak berputus asa darinya, dan senantiasa takut akan datangnya adzab dan siksa Allah ta’ala. Bagaimana selayaknya menyeimbangkan antara kadar harap (raja’) dan takut (khauf) pada diri seseorang? Berikut uraian singkat mengenai masalah tersebut. — dinukil dari Buku Mutiara Faidah Kitab Tauhid —
1. Jika seseorang berada dalam keadaan sehat, lapang, dan rajin dalam beramal shalih, maka semestinya kadar keduanya (harap dan takut) dijaga kesimbangannya. Allah berfirman, “Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS. Al Anbiya’: 90)

2. Jika dalam keadaan sehat dan lapang, namun selalu berbuat maksiat kepada Allah, maka semestinya kadar takutnya lebih ditinggikan. Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika Allah memberikan kenikmatan kepada seorang hamba padahal dia tetap dengan maksiat yang dikerjakannya, maka sesungguhnya itu adalah istidaj.” (HR. Ahmad)

3. Jika dalam keadaan menghadapi kematian (dalam keadaan kesulitan), maka semestinya kadar harapnya lebih ditinggikan. Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan berprasangka baik kepada Allah ‘azaa wa jalla.” (HR. Muslim). 

Wallaahu a’lam. 

Minggu, 14 April 2013

LEBAY, UNAS DIJAGA KETAT BAK PENGAMANAN TERORIS

JAKARTA, muslimdaily.net - Senin lusa 15/04, Ujian Nasional (UN) akan dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia. Untuk pelaksanaan UN tahun ini Dinas Pendidikan DKI Jakarta bekerja sama dengan Polda Metro Jaya akan mengamankan ujian tersebut.

"Dinas pendidikan sudah koordinasi dengan kepolisian dalam jajaran polres dan polsek setempat. Jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan di sekolah tersebut," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto di Jakarta, Jumat (12/04) seperti dikutip Liputan6.

Mengenai proses pengamanan tersebut, Rikwanto mengatakan akan dimulai dari gudang tempat soal-soal tersebut disimpan oleh Dinas Pendidikan.

"Juga dikawal dalam perjalanan dan sampai di sekolah. Di sekolah, petugas hanya akan mengawasi dari sekitar sekolah," jelasnya.

Mengenai penindakan terhadap kasus-kasus kecurangan, jika ditemukan saat UN, Rikwanto mengatakan akan diselidiki terlebih dahulu bentuk dan proses terjadi pelanggarannya.

Berlebihan
Penjagaan UN oleh pihak kepolisian selama dua tahun terakhir sudah dianggap berlebihan. Bahkan dua tahun lalu Densus 88 ikut-ikutan diminta mengamankan ujian nasional.

Hal ini pernah disinggung Anggota Komisi X DPR, Rohmani dari Fraksi PKS.

"Hal tersebut merupakan tindakan berlebihan," kata legislator dari Fraksi PKS yang membidangi masalah pendidikan itu di Jakarta tahun lalu, seperti diberitakan laman Joglosemar.

Menurut Rohmani, keterlibatan polisi dalam pelaksanaan UN akan mengganggu kenyamanan anak didik dalam menyelesaikan soal-soal.

Hal itu juga akan merusak mental anak-anak. "Ada persepsi kuat bila anak-anak didik itu pelaku kejahatan yang harus dijaga oleh polisi," kata Rohmani.

TERUNGKAPNYA KEKEJAMAN DESNUS 88


Ditangkap Saat Sehat, Besoknya Langsung Wafat
(Arrahmah.com) – Raut muka marah masih tersisa di wajah ibu dan kakak kandung Fachruddin alias Bachruddin alias Udin. Remaja berusia 19 tahun yang meninggal dalam aksi penyergapan aparat keamanan di Poso, Senin 22 Januari 2007. Testimoni keluarga Udin ini disiarkan di tengah-tengah diskusi “Mengatasi Terorisme Tanpa Teror” di Gedung PP Muhammadiyah, Kamis (11/4/2013)
udin
Dalam temuan Komnas HAM, kematian Udin berawal setelah penetapan 29 DPO yang menyebabkan tekanan aparat kepolisian dan Densus 88 kian intensif. Tidak berapa lama, terjadilah serangan besar-besaran oleh ratusan aparat kepolisian dan Densus 88, yang membuat Udin berusaha bertahan. Udin sendiri bukanlah DPO. Dia ikut lari karena dikejar oleh aparat.
Merasa terdesak, Fachrudin berlari menuju Jl. Pembantu Gubernur bersama Tugiran, Rasiman, Wiwin, Ridwan, dan Icang. Mereka lalu masuk ke rumah Ustadz Tarmizji. Namun, tempat yang mereka tuju ternyata telah dikepung anggota Densus 88.
Saat ditangkap, Udin dalam kondisi sehat dan tidak mengalami penembakan. Hal ini dapat dibuktikan dari video kekerasan Poso yang sempat beredar di mana Udin tampak terlihat masih dalam keadaan normal. Namun sehari setelah ditahan di Polda Sulawesi Tengah,  Fachrudin  tewas  dengan kondisi tubuh yang memprihatinkan.
“Semua badannya patah. Hidung, leher, dan tulang punggung semuanya patah,” tutur kakak kandung Udin yang tidak disebutkan namanya.
Kekejaman yang dialami Udin sebelum tewas memang mengerikan. Ibu kandung Udin, Ani, menuturkan anaknya ditempeleng, diikat dan diinjak oleh aparat keamanan. Sebelumnya Udin mengaku kepada polisi tidak mengetahui keberadaan Basri. Basri adalah kakak kandung Udin yang ditetapkan sebagai DPO oleh aparat keamanan dalam penyergapan di Tanah Runtuh, Januari 2007.
udin-2
“Anak saya diperlakukan sebagai binatang. Badan Udin sudah rata semuanya setelah jenazahnya tiba di rumah,” tutur Ibu kandung Udin. “Tulang ininya remuk,” sambungnya sambil menunjuk kening.
Hingga saat ini, Ibu kandung Udin tidak menerima kematian anaknya. Enam tahun berselang, dirinya mengaku tidak akan lupa dan senantiasa menuntut qishash atas tewasnya Udin. “Terus terang saya tidak terima, hutang nyawa dibayar nyawa,” ujarnya.
Innalillahi waa inna ilaihi rojiun..

Kamis, 11 April 2013

KONTES KECANTIKAN = AGENDA TERORIS MORAL

SEJARAH KONTES KECANTIKAN

(Arrahmah.com) – Kontes kecantikan modern pertama kali digelar di Amerika pada tahun 1854. Namun, kontes ini ternyata diprotes masyarakat Amerika hingga akhirnya kontes tidak berlanjut. Dan uniknya panitia kontes kecantikan pertama di dunia tersebut sebelumnya sukses menggelar kontes kecantikan anjing, bayi, dan burung. Lalu sukses kontes kecantikan hewan tersebut tersebut diuji-coba untuk manusia.

Pagelaran kontes kecantikan di dunia tidak serta-merta mati. Pada sekitar tahun 1951 di Inggris, Eric Morley menggelar kontes kecantikan internasional untuk pertama kali. Kontes ini berawal dari festival lomba yang bernama Festival Bikini Contest, kemudian berganti nama menjadi Miss World. Jadi, Miss World adalah kontes kecantikan termasyhur yang tertua di dunia. Namun beberapa tahun kemudian Eric Morley meninggal sehingga pagelaran tersebut diteruskan istrinya hingga muncul konsep 3B yakni Brain (kecerdasan), Beauty (kecantikan), dan Behavior (Kepribadian). Konsep 3B ini sebenarnya hanya untuk memoles kontes kecantikan agar diterima banyak kalangan, karena saat itu masih banyak pihak menolak kontes tersebut, bahkan hingga sekarang. Penyebabnya tentu saja karena kontes kecantikan dinilai hanya meng-ekploitasi perempuan. Hingga saat inipun kontes kecantikan masih ditolak para aktivis perempuan di beberapa negara.

Setelah Inggris cukup sukses menggelar kontes kecantikan lalu sukses tersebut merambat ke Amerika meski sebelumnya publik sempat melakukan protes. Pada tahun 1952 sebuah perusahaan pakaian dalam di Amerika mencoba untuk mencari cara mempromosikan produknya dengan menggelar Miss Universe. Tentu para peserta wajib berbusana bikini agar menarik minat pembeli pakaian dalam tersebut. Pada tahun 1996 Donald Trump membeli hak kontes tersebut untuk ditayangkan di sebuah televisi.

Sementara Indonesia baru ikut-ikutan kontes kecantikan kelas dunia pada tahun 1982 dengan mengirimkan wakilnya, yakni Andi Botenri, secara diam-diam karena di dalam negeri kontes kecantikan semacam itu masih banyak pihak yang menolak. Tahun berikutnya, 1983, Titi DJ dikirim diam-diam untuk mewakili Indonesia dalam kontes Miss World di London Inggris. Pengiriman diam-diam tersebut dilakukan karena sebelumnya Dr. Daoed Joesoef, saat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 1977-1982, menyatakan secara terbuka penolakannya terhadap segala jenis pemilihan kontes kecantikan. Daoed Joesoef menilai kontes kecantikan hakikatnya adalah sebuah penipuan dan pelecehan terhadap perempuan. Kontes kecantikan hanya untuk meraup keuntungan bisnis perusahaan kosmetika, pakaian renang, rumah mode, atau salon kecantikan, yang bertujuan mengeksploitasi kecantikan perempuan sebagai primitive instinct dan nafsu dasar laki-laki, serta kebutuhan akan uang untuk hidup mewah. Ia menolak habis-habisan kontes kecantikan, meski dirinya lulusan luar negeri yang berpandangan liberal.

Walaupun ada penolakan di dalam negeri, kontes kecantikan tetap digelar untuk pertama kali pada hari ulang tahun Jakarta ke 441 pada 22 Juni 1968 dengan peserta hanya 36 orang dan yang terpilih sebagai None Jakarta yaitu Riziani Malik. Indonesia baru memiliki kontes kecantikan secara nasional pada tahun 1992 yang digelar oleh Yayasan Puteri Indonsia dengan sponsor pabrikan kosmetik. Seperti dikatakan Menteri Daoed Joesoef, kontes kecantikan selalu berbanding lurus dengan bisnis.[1]

Pada tahun 1992, kontes kecantikan nasional bertitel Puteri Indonesia diizinkan pemerintah karena masih dianggap sopan. Namun sejak tahun 1997 kontes Puteri Indonesia dilarang Presiden Soeharto karena ajang pamer aurat itu disalahgunakan penyelenggara. Ini terjadi karena setahun sebelumnya, penyelenggara secara diam-diam menjadikan kontes tingkat nasional tersebut sebagai ‘batu loncatan’ untuk mengirim pemenangnya, yaitu Alya Rohali untuk mengikuti kontes Miss Universe 1996.

Suasa berubah justru ketika tahun 2000, di masa pemerintahan Gus Dur, kontes Puteri Indonesia kembali diizinkan, namun pemenangnya tidak dikirim ke kontes Miss Universe maupun Miss World. Kebijakan ini tetap dipertahankan sewaktu Megawati memimpin negara ini. Sungguh patut disayangkan, setelah SBY berkuasa di Istana Negara, pemenang kontes Puteri Indonesia tidak dilarang, bahkan cenderung didukung untuk mengikuti kontes pamer aurat sejagad. [2]

MENGAPA HARUS DITOLAK?

Kontes kecantikan, apapun namanya, Miss World, Miss Universe, Miss Indonesia, Puteri Indonesia, None Jakarta, Putri Solo, Miss Hijab, dan seterusnya, layak untuk ditolak karena berbagai alasan.

1. Perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk Menutup Aurat dan Menahan Pandangan

“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang Mukmin: ‘Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al Ahzab: 59)

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’ Katakanlah kepada wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya.’” (QS An Nur: 30-31)

2. Perintah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk Menahan Pandangan

Dari Buraidah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Wahai ‘Ali, janganlah kamu mengikutkan pandangan dengan pandangan. Sesungguhnya bagimu hanyalah pandangan yang pertama, dan bukan yang setelahnya.” (HR. At-Tirmidzi no. 2777, Abu Dawud no. 2149, hasan)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Telah dituliskan atas Bani Adam bagian dari zina yang pasti ia melakukannya, tidak bisa tidak. Maka, zina kedua mata adalah melihat (yang diharamkan), zina kedua telinga adalah mendengar (yang diharamkan), zina lisan adalah berkata-kata (yang diharamkan), zina tangan adalah memegang (yang diharamkan), zina kaki adalah melangkah (ke tempat yang diharamkan), hati berkeinginan dan berangan-angan, dan kemaluan membenarkan itu semua atau mendustakannya.” (HR Al Bukhari no. 6243 dan Muslim no. 2657, dan ini adalah lafazh Muslim)

3. Tabarruj (Berhias) Seperti Orang Jahiliyah

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128)

4. Tasyabbuh (Meniru) pada Orang Kafir

Dari Abdullah bin Amr bin Al Ash Radhiyallahu Anhu, dia berkata: “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ‘Bukan termasuk golongan kami orang yang menyerupai kaum selain kami.’” (HR. At Tirmidzi no. 2695)

Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhu dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk darinya”. (HR. Abu Daud no. 4031, shahih)

Dari Abu Sa’id Al Khudri, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Kalian pasti akan mengikuti langkah-langkah orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal atau sehasta demi sehasta, sampai walaupun mereka masuk ke dalam lubang biawak, kalian pun memasukinya.” Para shahabat bertanya: “Apakah yang dimaksud adalah Yahudi dan Nashara?” Beliau menjawab: “Siapa lagi (kalau bukan mereka)?” (Muttafaqun ‘Alaihi)

5. Simbol Penjajahan atas Budaya Indonesia dan Agama Islam

Dalam The Protocols of The Learned Elders of Zion pasal 13-14, yang dianggap data otentik rencana kaum Yahudi Zionis membentuk Tata Dunia Baru disebutkan, “Kita dirikan sebanyak mungkin tempat pembangkit maksiat. Kita juga perbanyak reklame di koran atau majalah, guna menyeru mereka agar masuk dalam arena kontes Ratu Kecantikan, atau berkedok kesenian dan olahraga. Hiburan semacam itu akan banyak melalaikan mereka dari mengurusi permasalahan kita, yang mungkin akan membuat pertentangan antara kita dan mereka. Apabila dunia telah dikuasai, maka tidak dibenarkan agama-agama selain Yahudi untuk berkembang. Karena kitalah bangsa termulia dan agama Yahudi adalah agama pilihan Allah.”

Kontes kecantikan merupakan salah satu bentuk Westernisasi. Kita masih ingat seorang Puteri Indonesia 2009 asal Aceh yang pernah menyatakan minta izin untuk tidak pakai jilbab kepada ulama Aceh. Ini menunjukkan bahwa Westernisasi itu berhasil. Untuk jadi puteri tercantik, maka harus menyingkirkan dulu jilbab. Poin ini mereka sudah berhasil. Poin selanjutnya, memperkenalkan acara pamer aurat itu kepada para wanita Muslimah, agar pemikiran mereka bisa sedikit “terbuka” menerima perkembangan zaman dalam hal mode, busana, umbar aurat, dan lain-lain. Poin, berikutnya adalah harapan kepada negeri-negeri mayoritas Muslim untuk bisa menerima acara semacam ini. Memberi keluasan, agar dakwah Westernisasi ini bisa tersampaikan kepada seluruh kaum Muslimin.[3]

6. Menjadikan Perempuan sebagai Komoditas Ekonomi

Dalam pandangan Barat, mereka memandang perempuan dengan pandangan terbuka. Hingga terbuka segala-galanya, pakaiannya, dan auratnya dilihat sebagai simbol keindahan. Padahal inilah simbol kebinatangan. Ideologi kapitalisme telah menjerat perempuan sebagai mahkluk cantik yang dipertontonkan, padahal sungguh (secara tidak sadar) itu adalah simbol penghinaan.

Kontes kecantikan menjadikan perempuan dan tubuhnya sebagai barang dagangan di atas panggung, catwalk, majalah, koran, dan televisi. Kecantikan dan tubuh perempuan peserta kontes dijadikan alat promosi industri rating media, industri alat komestik, dan industri fashion.

7. Dusta Konsep 3B (Brain, Beauty, and Behavior)

Konsep 3B dalam kontes kecantikan, yakni Brain (kecerdasan), Beauty (kecantikan), dan Behavior (kepribadian), adalah konsep dusta untuk membungkus kontes semacam ini agar diterima masyarakat. Kita akan bertanya-tanya, dalam kontes yang hanya dilakan beberapa hari, bagaimanakah menilai kecerdasan, kecantikan, dan kepribadian? Apakah ada tes IQ atau ujian Matematika? Tidak. Yang dinilai hanyalah 1 konsep saja, yakni kecantikan. Meskipun para juri mengatakan bahwa para kontestan dinilai dengan konsep 3B, mengapa para finalis tetaplah mereka yang cantik dalam pengertian umum saja?

8. Merusak Tatanan Sosial dan Rumah Tangga

Adalah QS, pemenang kontes kecantikan Putri Indonesia 2009. Demi memenangkan kontes kecantikan tersebut, ia mengaku sengaja melepaskan kerudung yang sebenarnya wajib dikenakannya sebagai Muslimah sekaligus wakil Propinsi Nangroe Aceh Darussalam. Setelah memenangkan kontes kecantikan tersebut dan menjalankan “tugas” sebagai Putri Indonesia, ia mulai lupa kehidupan normalnya sebagai seorang anak. Tenggelam dalam kesibukannya sebagai seorang Putri Indonesia, pihak keluarga pun mulai was-was dan curiga. Pasalnya sang anak terjerat dalam dunia kesyirikan. Saat itu, QS mulai gemar semedi dan membakar dupa. Ibunya mengatakan bahwa QS melakukan ritual melepaskan belut dan kura-kura, dilepas di sungai yang mengalir, serta melepas burung pipit. Kekhawatiran pihak keluarga tidak dihiraukan oleh sang anak, bahkan ditanggapi secara negatif. Kemudian, akibat beban mental yang semakin berat, sang ibu pun harus tega memutuskan tali keluarga dengan si buah hati.

Kisah ini berulang pada Miss Indonesia 2011, AHIY. Aktifitas dan kegiatan bebas di luar rumah paska terpilihnya sebagai Miss Indonesia, membuat keluarganya resah. Apalagi sang putri masih berumur belia yaitu 21 tahun. Sang ayah sudah berusaha keras menasehatinya untuk mengembalikan si anak hilang ke rumah. Namun, tanpa diduga sikap yang ditunjukkan oleh putri tercinta di luar prediksi, karena jelas-jelas tidak menerima nasehat orang tuanya. Sehingga dengan berat hati, sang ayah pun mengumumkan secara resmi lewat media ibukota tentang pumutusan hubungan keluarga antara si anak dengan orang tuanya.[4]

9. Pintu Menuju Kemaksiatan yang Lain

Ada sebagian orang yang beralasan bahwa kontes-kontes kecantikan yang diselenggarakan di Indonesia masih dalam batas-batas kesopanan, di antaranya peserta masih diperbolehkan untuk berjilbab, tidak diselenggarakan kontes bikini, masih menjaga adab-adab ke-Timur-an, dan seterusnya. Mereka bisa memberikan argumentasi demikian, tapi mereka lupa bagaimana sejarah kontes kecantikan ini di Indonesia. Pertama kali kontes-kontes semacam ini “hanya” untuk bertujuan untuk mencari duta wisata, kemudian tahun demi tahun berlanjut hingga akhirnya setelah kontestan dari Indonesia mengikuti kontes ini di luar negeri, wakil dari Indonesia mulai mengenakan bikini. Kemudian akhirnya, Indonesia pun menjadi lokasi dan penyelenggara kontes ini, meskipun konon tanpa bikini. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dalam kontes-kontes kecantikan selanjutnya.

Dari Sahl bin Sa’ad berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Hati-hatilah terhadap dosa-dosa kecil. Hal itu tidak ubahnya seperti sekelompok orang yang turun ke sebuah lereng gunung. Mereka masing-masing membawa sebatang ranting kayu sehingga dengan ranting-ranting kayu itu bisa mereka masak roti. Dosa-dosa kecil kapan saja di lakukan oleh seseorang ia akan menjadi celaka.” (HR Ahmad)

PARIWISATA SEBAGAI ALASAN

Belakangan, sejumlah pejabat tinggi di negeri ini mengatakan bahwa penyelenggaraan kontes kecantikan di sejumlah tempat di Indonesia bertujuan untuk menarik wisatawan dalam negeri dan luar negeri. Pendapatan dari pariwisata ini tentunya akan digunakan untuk membiayai dan membangun negara Indonesia.

Cukuplah nasihat Sayyid Quthb dalam Risalah ila Ukhti Muslimah, sebagai pengingat, “Sulit sekali rasanya aku akan membayangkan bagaimana mungkin kita akan mencapai tujuan mulia dengan menggunakan cara hina. Sungguh tujuan yang mulia tidak bisa hidup kecuali dalam hati yang mulia. Lalu bagaimana mungkin hati yang mulia itu akan sanggup menggunakan cara yang hina?

Dan lebih jauh dari itu bagaimana mungkin ia menemukan cara yang hina itu? Ketika kita akan mengarungi telaga berlumpur ketepi sana, pastilah kita akan mencapai pantai dengan berlumuran lumpur pula. Lumpur-lumpur jalanan itu akan meninggalkan bekas pada kaki kita, dan pada jejak keki kita. Begitu pula kalau kita menggunakan cara hina, najis-najis itu akan menempel pada ruh kita, akan membekas pada ruh itu dan pada tujuan yang telah kita capai juga.

Sebenarnya cara dalam ukuran ruh, merupakan bagian dari tujuan. Dalam alam ruh, tidak ditemukan perbedaan dan pemisahan antara keduanya. Hanya perasaaan manusiawi sajalah yang tidak akan sanggup menggunakan cara hina untuk mencapai tujuan yang mulia. Dan dengan sendirinya pula ia akan terhindar dari teori “tujuan menghalalkan cara”. Teori itu merupakan hikmah terbesar bangsa Barat, karena bangsa Barat itu hidup dengan akalnya, dan dalam keadaan demikianlah ditemukan perbedaan dan pembagian antara cara dan tujuan.”

Taushiyah ABB untuk Partai Islam di Parlemen

TAUSHIYAH UNTUK PARTAI ISLAM DI PARLEMEN



NUSAKAMBANGAN (Arrahmah.com) – Amir Jama’ah Ansharut Tauhid, Abu Bakar Ba’asyir memberikan tausiyahnya kepada Umat Islam yang memperjuangkan Islam melalui jalan parlemen.

“Ada yang berpendapat bahwa memperjuangkan syariat Islam itu bisa dimenangkan oleh partai partai Islam di dalam parlemen. Saya tanya pada saudara, Partai Islam manakah di dunia ini yang telah berhasil menang melalui sistem demokrasi sehingga tegak daulah Islamiyyah?” tanyanya kepada para tamu yang menjenguknya di Lembaga Permasyarakatan Nusa Kambangan, Selasa (9/4/2013).

Pria yang akrab disapa Ustadz Abu ini mencontohkan kiprah partai FIS (Front Islamic du Salut) yang memenangkan pemilu di Al Jazair. Meski berhasil memenangkan pemilu pertama, namun pemerintah Al Jazair membatalkan kemenangan itu dengan berbagai alasan.

“Lalu pemilu diulang lagi, pada pemilu kedua menang lagi. Setelah itu ditumpas sampai habis,” bebernya.

Demikian juga dengan Partai Masyumi di Indonesia. Abu Bakar Ba’asyir mengakui tujuan perjuangan Masyumi yaitu tegaknya Daulah Islamiyyah. Para pemimpinnya pun dikenal para tokoh Islam yang baik dan jujur.

“Tetapi apa yang terjadi setelah memenangkan pemilu?” tanyanya. “Partainya (Masyumi) ditumpas oleh Soekarno,” lanjutnya.

Syariat Islam, kata Abu Bakar Ba’asyir, tidak akan bisa diamalkan secara murni dan kaffah tanpa adanya kekuasaan atau Daulah Islamiyyah. Dan, kekuasaan atau Daulah Islamiyyah itu tidak akan bisa berhasil dimenangkan tanpa menyertakan jihad di dalamnya.

“Saudara, ketahuilah bahwa Jihad itu adalah kunci kemenangan, kunci kemuliaan, kunci kehormatan bagi Islam dan kaum muslimin,” ujarnya

Oleh karena itu, di dalam memperjuangkan tegaknya Syariat Islam dan Daulah Islamiyyah kuncinya hanya ada pada jihad. “Tanpa jihad, umat Islam tidak akan berhasil memperjuangkan tegaknya Daulah Islamiyyah,” tutupnya.- arrahmah.com