Kaum
Muslimin yang dirahmati Allah, bulan Ramadhan yang berlimpah kemuliaan dan
keberkahan sudah hampir tiba. Marilah kita muliakan kedatangannya dengan
memperbagus ibadah dan mencampakkan segala kemaksiatan yang mencemarinya.
Ramadhan merupakan training langsung dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk
membentuk kita sebagai insan bertaqwa, yang dengan taqwa inilah manusia akan
menempati kedudukan mulia di sisi-Nya. Di dalamnya Allah menurunkan kitab-Nya
yang menjadi petunjuk dan memandu kita dalam segala aspek kehidupan; baik
pribadi, keluarga, bermasyarakat dan termasuk bernegara. Sebagaimana firman-Nya,
“Bulan Ramadhan yang
di dalamnya –mulai- diturunkannya Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
keterangan-keterangan yang nyata yang menunjuk kepada kebenaran, yang
membedakan antara yang haq dan yang bathil.” (terj. QS Al-Baqarah: 185)
Ibnu
Katsir –rahmatullah ‘alaih-, berkata mengenai ayat ini dalam Tafsir Al-Quran
Al-‘Azhim (I/460-461), “Allah menyanjung
bulan puasa dibanding bulan-bulan lain dengan dipilihnya sebagai waktu
diturunkannya Al-Quran Al-‘Azhim. Karena hal ini pula Dia
mengistimewakannya.
Dalam
sebuah hadits disebutkan bahwa kitab-kitab suci diturunkan kepada para nabi
–‘alaihimussalam- di bulan ini. Telah diriwayatkan pula hadits dari Jabir bin
‘Abdullah –radhiyallahu ‘anhu-. Di dalamnya disebutkan, “Bahwasannya Zabur diturunkan pada dua belas Ramadhan dan Injil pada
sepuluh Ramadhan.”
Adapun
Shuhuf, Taurat, Zabur, dan Injil, maka diturunkan secara spontan kepada nabi
yang menerima. Sedangkan Al-Quran diturunkan secara spontan di Baitul ‘Izzah
yang berada di langit bumi. Hal itu terjadi pada bulan Ramadhan di lailatul
qadar.
Al-Quran
merupakan mukjizat Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang paling
agung dan akan terus nampak hingga akhir zaman. Keberkahannya terus mengalir
dan tak akan pernah terputus. Sebuah kitab suci yang akan selalu membimbing
seorang muslim menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Orang yang
menjadikannya imam, akan selamat dengan izin Allah, namun siapa yang tak
menghiraukannya, maka cepat atau lambat kebinasaan akan menghampirinya.
Keberkahan yang
menyertainya
Keberkahan
Al-Quran nampak jelas dengan adanya riwayat-riwayat yang mengabarkan akan
keutamaan dan keistimewaannya. Ia merupakan pedoman hidup seorang muslim, obat
dari segala penyakit badan dan hati, dan banyak keistimewaan lainnya. Allah
berfirman:
“Dan Kami turunkan
Al-Quran (Sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman, sedangkan bagi orang-orang yang zhalim hanya akan menambah kerugian.”
(QS Al-Isra’ : 82)
Diriwayatkan
pula dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Siapa yang membaca Al-Quran dan mengamalkannya, pada hari kiamat orang
tuanya akan dikenakan mahkota yang cahanya lebih bagus daripada cahaya matahari
yang masuk ke rumah-rumah di dunia. Lantas bagaimana menurut kalian dengan
orang yang mengamalkannya?” (HR Abu Dawud dan Al-Hakim. Al-Hakim berkomentar,
“Sanadnya shahih)
‘Abdullah
bin ‘Amr –radhiyallahu ‘anhuma- meriwayatkan, bahwasannya Rasulullah
–shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Puasa
dan Al-Quran akan datang pada hari kiamat untuk mensyafaati hamba. Puasa
berkata, ‘Wahai Rabb-ku, aku telah mencegahnya dari makanan dan minuman di
siang hari, oleh karena itu izinkanlah aku memberinya syafaat.’ Al-Quran
berkata, ‘Wahai Rabb-ku, aku telah mencegahnya tidur malam, oleh sebab itu
berilah aku izin untuk memberinya syafaat.’ Maka keduanya pun memberi syafaat.”
(HR Ahmad, Ibnu Abid Dun-ya, Ath-Thabrani, dan Al-Hakim)
Perhatian yang Luar
Biasa
Orang-orang
shalih terdahulu memiliki perhatian luar biasa kepada bulan Ramadhan ini.
Perhatian mereka ditunjukkan jauh-jauh hari sebelum Ramadhan tiba. Disebutkan
bahwa para shahabat –radhiyallahu ‘anhum
ajma’in- selama enam bulan pertama memanjatkan doa kepada Allah agar mereka
disampaikan di bulan Ramadhan, kemudian di enam bulan setelahnya mereka berdoa
agar mereka dipertemukan dengan bulan mulia ini. Hal semacam ini tentu
merupakan bukti kuat akan antusias kuat mereka dalam menggapai pahala besar
padahal secara umum mereka telah dijamin masuk surga.
Jika
mereka yang jelas-jelas manusia yang dijamin surga saja begitu hebatnya dalam
berlomba-lomba dalam kebaikan, tentu kita sebagai manusia akhir jaman yang
tidak ada yang menjamin surga, tentu lebih berhak untuk banyak melakukan ibadah
dengan lebih serius dan lebih bagus lagi.
Terkhusus
aktifitas membaca Al-Quran, mereka memiliki perhatian yang sangat. Dalam
Lathaif Al-Ma’arif, Ibnu Rajab –rahmatullah ‘alaih- menjelaskan, “Kebiasaan orang-orang terdahulu di bulan
Ramadhan ialah membaca Al-Quran dalam shalat dan selainnya.”
Jibril
–‘alaihissalam- selalu mendatangi
baginda Nabi Muhammad -shallallahu ‘alaihi wa sallam- di setiap Ramadhan untuk
mengajarinya Al-Quran. Pengkhususan Jibril bulan Ramadhan tentu menjadi sinyal
kuat bahwa Ramadhan benar-benar waktu istimewa sehingga ia pantas menjadi waktu
tadarus Al-Quran.
Imam
Al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Abbas –radhiyallahu
‘anhuma-, beliau menceritakan, “Adalah
Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- merupakan sosok yang paling dermawan.
Terlebih lagi di bulan Ramadhan ketika Jibril menjumpainya untuk mengajarinya
Al-Quran. Jibril menemui beliau di setiap malam Ramadhan untuk mengajarinya
Al-Quran. Maka ketika Jibril menjumpainya, beliau adalah orang yang paling
dermawan, lebih dari angin yang bertiup.”
Lihatlah
Amirul Mukminin ‘Utsman bin ‘Affan –radhiyallahu ‘anhu- bagaimana beliau
bersama Al-Quran di bulan Ramadhan. Dikhabarkan bahwa beliau menghidupkan
seluruh malamnya. Beliau membaca Al-Quran di setiap rakaat shalat yang beliau
kerjakan.
Begitu
juga sahabat Ubai bin Ka’b –radhiyallahu ‘anhu-, beliau mampu mengkhatamkan
Al-Quran di setiap delapan harinya. Sementara sahabat Tamim Ad-Dari mampu
mengkhatamkannya dalam setiap pekannya. Salah satu Imam madzhab kita, Muhammad
bin Idris Asy-Syafi’i –rahmatullah ‘alaih-, di bulan berkah ini mampu mengkhatamkan
Al-Quran sebanyak enam puluh kali selain Al-Quran yang beliau baca di waktu
shalat. (Lathaif Al-Ma’arif : 191)
Penutup