Kamis, 03 Juli 2014

Awas Ada Makar


Kaum muslimin yang dirohmati Allah, Terdapat perintah Allah kepada orang-orang yang telah dikaruniai nikmat iman dan Islam untuk betul-betul menjaga ketakwaan dan keislamannya  sampai nyawa terlepas dari badan, sebagaimana firman-Nya:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan muslim. [terj. QS Ali Imron ayat 102]

Ayat ini memberikan isyarat bahwa menjaga takwa, iman, dan Islam adalah masalah yang serius, bukan masalah sepele dan main-main. Bahkan lebih serius daripada masalah ekonomi yang kita hadapi masing-masing, karena masalah takwa, iman, dan Islam sangat berkaitan dengan nasib yang kekal kita nanti di kehidupan akhirat. Pertanyaannya adalah mengapa Allah ta'ala betul-betul memperingatkan kita agar menjaganya? Bahkan di ayat yang lain Allah memperingatkan dengan keras:

“dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu akan mencerai beraikan (memisahkan) kalian dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kalian bertakwa.” (terj QS. Al-An'am: 153)

Awas Makar!

Marilah kita simak sebuah dialog pertengkaran yang diabadikan Allah tentang dua kelompok hamba yang bersitegang di tengah-tengah siksa neraka. Allah ta'ala mengisahkannya dengan indah untuk kita renungkan dan jadikan sebagai pelajaran yang sangat berharga.

Orang-orang kafir berkata: "Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al-Qur'an ini dan tidak (pula) kepada kitab yang sebelumnya". Dan (alangkah hebatnya) kalau kamu lihat ketika orang-orang yang zhalim itu dihadapkan kepada Robb mereka, sebagian dari mereka melemparkan perkataan kepada sebagian yang lain. Orang-orang yang dianggap lemah (para pengikut) berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri (para pemegang kekuasaan): "Kalaulah bukan karena kalian tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman".

Orang-orang yang menyombongkan diri (para pemegang kekuasaan) berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah (para pengikut): "Kamikah yang telah menghalangi kalian dari petunjuk sesudah petunjuk itu datang kepada kalian? (Tidak), sebenarnya kalian sendirilah orang-orang yang berdosa".

Orang-orang yang dianggap lemah (para pengikut) berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri (para pemegang kekuasaan): "(Tidak) sebenarnya tipu daya (kalian) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kalian menyuruh kami supaya kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya". Kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat azab. Dan kami pasang belenggu di leher orang-orang yang kafir. Mereka tidak dibalas melainkan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Saba': 31-33)

Sekali lagi pertanyaannya: mengapa Allah dengan keras memperingatkan kita agar betul-betul menjaga takwa, iman, dan Islam kita?

Jawabannya adalah karena ada makar jahat musuh-musuh Islam yang tidak akan pernah tinggal diam untuk menyesatkan kita, umat Islam. Mereka tidak akan pernah puas dan berhenti kecuali setelah kita tersesat dan meninggalkan jalan yang lurus yaitu syari’at Islam dan mengikuti ideologi, falsafah, hukum, ajaran hidup, dan adat istiadat mereka yang menyimpang dari syari’at Allah.

Dan ayat di atas jelas-jelas menegaskan bahwa makar jahat siang dan malam ternyata bersumber dari orang-orang yang menyombongkan diri yaitu para pemegang kekuasaan yang tidak takut pada murka dan siksa Allah 'azza wa jalla, para pemegang kekuasaan yang mengganti hukum Allah yang sempurna dengan hukum jahiliyah yaitu hukum tambal sulam buatan mereka sendiri yang penuh dengan kelemahan, sebagaimana yang sekarang bisa kita lihat di negeri yang dihuni mayoritas umat islam ini.

Terekam Sejarah

Sejarah mencatat bagaimana makar Namrud dan para pembesar kerajaannya dalam memberangus seruan tauhid dengan melaksanakan syari’at Allah secara murni dan konsekuen yang dikumandangkan oleh Nabiyullah Ibrohim 'alaihis salam. Demikian juga bagaimana makar Fir'aun --seorang pemegang kekuasaan yang kuat, bahkan karena sangat kuat kekuasaannya sampai-sampai dia mengangkat dirinya sendiri sebagai tuhan tertinggi-- bersama bala tentara dan pembesar kerajaannya dalam memadamkan cahaya tauhid yang diajarkan oleh Nabiyullah Musa dan Harun. Demikian dahsyat makar mereka sehingga mayoritas rakyatnya tersesat jauh dari ajaran tauhid. Dengan cara yang sangat halus mereka mendoktrin rakyat dengan ideologi sesat dan dengan cara yang sangat halus pula mereka menjalankan program untuk menjauhkan rakyat dari agamanya. Akibatnya dengan sukarela atau terpaksa mereka berbondong-bondong meninggalkan syari’at Allah kemudian mengikuti undang-undang dan aturan hidup yang menentang syari’at Allah tanpa merasa bersalah sedikitpun. Allah subhanahu wa ta'ala menggambarkan hebatnya makar jahat mereka:

“Sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar padahal di sisi Allah-lah (balasan) makar mereka itu. Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya. (QS. Ibrohim: 46)

Walaupun demikian, makar jahat tetaplah namanya makar jahat yang akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah. Bahkan semua usaha yang mereka kerahkan, waktu yang mereka korbankan, dan dana yang mereka keluarkan untuk menghalang-halangi manusia mengikuti jalan Allah yang lurus akan menjadi penyesalan yang mendalam di dalam neraka. Sebagaimana firman-Nya:

Sesungguhnya orang-orang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi penyesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan. (QS. Al-Anfal: 36)

Kesimpulan

Demikianlah Allah ta'ala menceritakan kisah para penentang dahulu yang pernah tinggal berkuasa di muka bumi ini beserta akhir riwayat hidup mereka agar menjadi pelajaran bagi orang-orang yang hidup setelahnya. Allah membekali kita dengan pendengaran, penglihatan, dan hati untuk kita pakai sebagai alat mengenali kebenaran. Sudahkah kita bersyukur kepada-Nya dengan memanfaatkannya sesuai dengan fungsi yang telah Dia tetapkan atau malah sebaliknya kita mempergunakannya untuk membuat ‘makar’ dengan bermaksiat dan menentang Allah 'azza wa jalla? Wallahu a'lam. [duat-jember]