Jumat, 07 Maret 2014

Sabar Dalam Ketaatan



Sabar adalah akhlaq yang bersifat kasbi (dapat dicari) yang bisa menjadi karakter seseorang. Sabar merupakan upaya untuk menahan diri dari keluh kesah hingga seseorang bisa menguasai dirinya dari rasa amarah, menahan lisannya dari mengadu, dan menahan anggota badan dari perbuatan yang tidak layak dilakukan. Dengan kata lain, sabar adalah keteguhan hati dalam menerima hukum-hukum takdir dan syariat Allah SWT.

Sabar di sisi Alloh SWT memiliki kedudukan dan tingkatan mulia yang harus diraih penuh kesungguhan. Sahabat Jabir ra. meriwayatkan, bahwa Nabi SAW pernah ditanya tentang sabar. Beliau SAW menjawab: 

”Seandainya sabar itu adalah seorang laki-laki, pasti ia seorang laki-laki yang muda yang lagi dermawan” ( HR. Thabrani dari Ibnu Abbas)

Di dalam Al-Qur’an, kata sabar disebutkan sebanyak 82 tempat di dalam memuji dan dua tempat dalam rangka mencela. Alloh SWT telah memerintahkan dan memotivasi hambanya supaya senantiasa bersabar. 

“Dan mintalah (mengerjakan) sholat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. “ (Terj. QS. Al-Baqarah: 45)

Sabar Atas Ketaatan Kepada Alloh SWT

Alloh SWT berfirman: 

”Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada diantara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-NYA. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (Terj QS. Maryam: 65)

Menurut Ibnu Qayyim, “Kebahagiaan seorang hamba dan kesempurnaan nikmatnya tergantung pada lima perkara; 
(i) Pengetahuan tentang kenikmatan yang diharapkannya, 
(ii) kecintaannya pada kenikmatan tersebut, 
(iii) pengetahuan tentang cara untuk mendapatkannya, 
(iv) pengetahuan tentang hak dalam kenikmatan tersebut, dan 
(v) kesabaran atas semua itu. 

Alloh SWT berfirman : “Demi masa, sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh dan nasihat menasihati dalam menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Terj QS. Al-Ashr 1-3)

Tidak ada yang bisa istiqomah untuk senantiasaan taat kepada Alloh SWT, kecuali orang-orang yang dimudahkan-Nya. Karena jika tidak demikian, setiap orang akan sesumbar bahwa dirinya adalah yang paling taat kepada Alloh SWT.

Bentuk Kesabaran Dalam Menjalani Ketaatan Kepada Alloh SWT

Bentuk sabar dalam menjalankan kepada Alloh SWT sangat baanyak sekali, disini hanya akan dijelaskan yang mencakup 3 perkara pokok yaitu : 
(i) sabar dalam menjalankan lima rukun islam, 
(ii) sabar dalam peperangan dan 
(iii) sabar terhadap penguasa.

Sabar Dalam Menjalankan Lima Rukun Islam

Bersabar berwudhu di pagi hari yang sangat dingin, bersabar menegakkan sholat di tengah malam, serta senantiasa menjaga sholat lima waktu merupakan kesibukan yang mengagumkan seorang muslim sejati.

Dari Abu Hurairah, Rosululloh SAW bersabda, 
“Maukah kalian kuberi tahu amalan yang dengannya Alloh menghapuskan kesalahan-kesalahanmu dan mengangkat derajatmu?” Para sahabat menjawab, “Tentu, kami mau wahai Rosululloh  Beliau bersabda: “Sempurnakanlah wudhu ketika dalam kondisi yang tidak kamu sukai, memperbanyak langkah ke Masjid, menunggu shalat berikutnya, maka yang demikian itu adalah ribath (berjaga diperbatasan musuh, maka yang demikian itu adalah ribath.” (HR. Bukhori)

Contoh lain adalah ketika berpuasa (shiyam) di siang hari yang terik. Sabar dalam mengerjakan rukun islam yang kelima, menunaikan haji ke Baitulloh. Mengerjakan perintah Alloh SWT dan menjauhi larangan-Nya termasuk dari jenis sabar dalam ketaatan kepada Alloh SWT, sehingga barang siapa mengerjakan semua itu dalam rangka mencari keridhaan Alloh SWT, maka dia akan mendapatkan balasan yang baik di sisi Alloh SWT.

Sabar Dalam Peperangan

Sabar dalam peperangan merupakan sebab terbesar untuk mendapatkan kemenangan dari musuh yang dihadapi. Sebagaimana kemenangan yang telah diraih dalam perang Badar Al-Kubra. Saat itu jumlah pasukan kafir sebanyak 1300 orang lengkap dengan senjata perang. Sedangkan jumlah tentara kaum muslimin kurang dari 300 orang. Namun berkat kesabaran tentara kaum muslimin di medan perang tersebut, maka Alloh memberikan kemenangan pada mereka atas orang-orang kafir.

Sabar dan perang juga merupakan pembuktian keinginan seorang muslim untuk dimasukkan ke dalam surga, sebagaimana firman-Nya : 
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad (berperang) di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar. Sesungguhnya kamu mengharapkan mati (syahid) sebelum kamu menghadapinya; (sekarang) sungguh kamu telah melihatnya dan kamu menyaksikannya” (Terj. QS Ali Imran [3]: 142-143).  

Sabar Terhadap  Penguasa

Tidak mungkin kaum musimin akan hidup dalam naungan keamanan yang menyejukkan dan hanyut dalam kebaikan jika mereka tidak mempunyai pemimpin yang selalu mengurusi urusannya, memegang kendalinya dan berbuat adil di negerinya. Rosululloh SAW bersabda: 
“Barangsiapa yang melihat penguasanya tidak dalam yang di sukai, hendaknya dia bersabar. Karena sesungguhnya, siapa yang memisahkan diri dari jamaah sejengkal saja, maka apabila dia meninggal, dia meninggal secara jahiliyah”. (Hadits Ibnu Abbas ra, dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dalam Shahihnya)

Begitulah aqidah yang benar terhadap penguasa muslim, meskipun pada dirinya di kemudian hari terdapat sifat fasiq lagi zhalim. Rasulullah SAW telah mewanti-wanti kepada kaum Muslimin agar tetap taat dan sabar terhadap hal yang tidak disukai dari penguasanya. Tetapi jangan lupakan hadits yang penting berikut ini

Rasulullah SAW memanggil kami, lalu membai’at kami. Maka di antara bai’atnya  adalah agar kami berbai’at untuk mendengar dan taat di saat  kami suka ataupun tidak suka, di saat dalam kemudahan  ataupun dalam kesusahaan, dan di saat kami diperlakukan secara tidak adil. Dan agar kami tidak mencabut urusan (kepemimpinan dari orang yang berhak). Beliau berkata: kecuali jika kalian melihat kekufuran yang nyata yang kalian memiliki dalil padanya dari Allah. (HR. Imam Muslim dalam shahihnya 42-1709. Lihat Shahihu Muslim bisyarhi An-Nawawi 12/2315 cet Darul Aqidah dan dalam Shahih Al-Bukhari, Kitabul Fitan, hadits no 7055, 7056 13/8-9 Cet. Daaru Mishr Liththiba’ah).

Bahkan menurunkan dan keluar dari ketaatan terhadap penguasa yang melakukan kekufuran yang nyata ini merupakan kewajiban yang telah dinyatakan oleh para ulama pendahulu.  Pendapat tersebut antara lain:
1.   Ibnu Hajar selain menyatakan wajibnya memberontak, ia juga berkata dalam Fathul Bari : “Ringkasnya menurut ijma` bahwasanya penguasa dimakzulkan (dilengserkan) karena melakukan kekafiran, maka wajib atas setiap muslim ikut andil dalam hal itu, maka barangsiapa yang kuat melakukannya meraih pahala dan barangsiapa yang bermudahanah (cari muka dan menjilat) mendapat dosa, dan barangsiapa yang lemah wajib berhijrah dari negeri itu.” (Fathul Bari 13/176 dan selebihnya bisa dibaca pada 13/8-13)

2.  Imam An-Nawawi mengatakan, “Qadhi Iyadh berkata, ‘Para ulama bersepakat bahwa kepemimpinan tidak diberikan kepada orang kafir. Namun, kalau ia tiba-tiba menjadi kafir, maka harus dilengserkan.’ Lebih lanjut Qadhi Iyadh berkata, ‘Begitu pula jika ia meninggalkan shalat dan mengajak orang untuk mengikutinya’ “. (Syarh Shahîh Muslim: XII/229)

Kesimpulan

Sabar tidak identik dengan kepasrahan dan menyerah pada kondisi yang ada, atau identik dengan keterdzoliman. Justru sabar adalah sebuah sikap aktif, untuk merubah kondisi yang ada, sehingga dapat menjadi lebih baik dan baik lagi. Oleh karena itulah, marilah secara bersama kita berusaha untuk menggapai sikap ini. Insya Allah, Allah akan memberikan jalan bagi hamba-hamba-Nya yang berusaha Sabar dalam Menaaati Alloh SWT.Pemilik kesabaran adalah orang yang tangguh tak terkalahkan, pantang mundur dan tak terjatuhkan. Dia selalu meraup manfaat dan kebaikan bahkan pahala tanpa batas. Wallohu A’lam bish showwab (4bu w!ld4-bwi)