Musibah dan bencana datang secara beruntun
silih berganti melanda negeri ini. Kita
ambil contoh dengan Banjir di Jakarta yang sudah menenggelamkan seperlima
wilayahnya. Masih ingatkah kita bagaimana Jakarta merayakan penyambutan tahun
baru dengan mewah dan meriah yang menghabiskan dana Rp 1 M hanya dalam semalam.
Dan kini 2 minggu setelah acara hura-hura itu lebih dari 1 M kerugian harus
ditanggung akibat banjir ini. Sebagai orang beriman, sudah sepatutnya mengambil
pelajaran berharga dari kejadian-kejadian ini.
Lain Dulu, Lain Sekarang
Sudah menjadi kebiasaan, biasanya
berbondong-bondonglah para pejabat, dari kepala daerah hingga presiden,
mendatangi daerah yang dilanda bencana. Ucapan yang biasanya dilontarkan para
pemimpin kepada rakyatnya yang sedang terkena bencana, “Sabar, tabah, tawakkal, dan lain-lain…” yang pada intinya
menghimbau agar rakyat bersabar dalam menghadapi bencana
Kalau kita kembali ke zaman Khalifah Umar bin
Khaththab, juga pernah terjadi bencana
berupa gempa dahsyat yang menimpa salah satu daerah yang dipimpinnya. Khalifah
Umar pun mengunjungi daerah yang tertimpa gempa tersebut. Tetapi yang sangat
berbeda dengan para pemimpin sekarang adalah perkataan yang dilontarkan oleh
beliau.
Khalifah Umar berkata, “Wahai rakyatku, dosa besar apakah yang kalian lakukan sehingga Allah menimpakan
azab seperti ini?!”
Sebagian orang mungkin akan berpikir bahwa ucapan
itu sangatlah kasar dan kurang berkenan, apalagi kepada orang yang sedang
tertimpa musibah. Tetapi, Khalifah Umar berkata demikian bukanlah tanpa sebab.
Umar bin Khaththab lebih mengajak rakyatnya agar mengintrospeksi diri, dan
inilah yang seharusnya kita lakukan.
Dalam Al-Qur’an Surat Hud ayat 109, Allah
berfirman: “Dan Rabbmu sekali-kali tidak
akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedangkan penduduknya orang-orang
yang berbuat kebaikan.”
Kemudian dalam Surat Al-Qashash ayat 59: “… dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan
kota-kota, kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman.”
Apakah Penyebabnya?
Lalu dosa besar apa yang telah dilakukan,
sehingga Allah menimpakan bencana beruntun ini? Pertama, Allah menjelaskan dalam Al-Qur’an bahwa kaum yang di adzab
oleh Allah adalah kaum yang tidak
beriman [kafir] kepada Allah.
Kalau kita lihat fenomena di negeri Indonesia
ini, mayoritas adalah mengaku pemeluk agama Islam. Tapi apa yang terjadi, Pemimpinnya
justru enggan dan menolak berhukum dengan hukum Allah SWT, bahkan berhukum
dengan hukum yang bertentangan dengan hukum Allah (hukum thogut). Padahal Allah
berfirman :
Apakah kamu tidak
memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang
diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak
berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut
itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang
sejauh-jauhnya. (QS. An-Nisa [4]: 60)
Kedua, Mendustakan kebenaran
yang dibawa oleh Rasul dan mengusir
orang-orang beriman.
Hal ini seperti yang tertuang dalam Surat Asy
Syu’ara’ ayat 105-115, Allah berfirman :
”Kaum Nuh telah
mendustakan para Rasul. Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka:
"Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul
kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah
kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu;
upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Maka bertakwalah kepada
Allah dan taatlah kepadaku". Mereka berkata: "Apakah kami akan
beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang
hina?" Nuh menjawab: "Bagaimana aku mengetahui apa yang telah mereka
kerjakan? Perhitungan (amal perbuatan) mereka tidak lain hanyalah kepada Tuhanku,
kalau kamu menyadari. Dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang
beriman. Aku (ini) tidak lain melainkan pemberi peringatan yang
menjelaskan". dan aku (Nuh) tidak akan mengusir orang-orang yang beriman.”
Hal ini ada kesamaan dengan fenomena penentangan
dan pengusiran umat Islam yang ingin menerapkan Syariat Islam di Indonesia. Mereka
pun kerap diremehkan dengan perkataan “Kalo
ingin bersyariat Islam secara kaffah silahkan keluar dari NKRI”. Meskipun
disisi lain, status dzohir mereka mengaku beragama Islam, tapi enggan diatur
dengan syariat Islam. Maunya Islam yang hanya sebatas ibadah ritual saja,
sedangkan hukum-hukum had [pidana
yang sesuai Islam] mereka tidak mau memperjuangkan penegakanya.
Ketiga, dalam kisah kaum ‘Ad, selain
mereka mendustakan Nabi Hud AS beserta ajaranya dan syareat Allah, kaum ‘Ad juga
mempunyai ciri khas yaitu menyiksa
kepada tawanan yang lemah.
Hal ini tertuang dalam firman Allah SWT : ”dan apabila kalian menyiksa, kalian
menyiksa dengan kejam.” (Asy Syu’ara’ : 130).
Kita lihat kebrutalan dan kekejaman aparat
DENSUS 88 anti teror [baca: anti Islam]. Dari banyak kasus, mereka melakukan
penyiksaan terhadap muslim yang hanya dituduh
sebagai teroris, bahkan beberapa diantaranya terjadi kasus salah tangkap.
Sedangkan pembunuhan EXTRA JUDICIAL KILLING yang DENSUS 88 lakukan juga sudah
sangat banyak terhadap umat Islam yang baru dituduh sebagai teroris.
Keempat, kisah kaum Nabi Luth AS
mengenai perzinahan, baik itu antara
laki-laki perempuan atau sesama jenis. Bagaimana dengan negeri ini yang banyak
sekali kantong-kantong kemaksiatan baik itu lokalisasi pelacuran, diskotik,
kafe remang-remang, panti pijat plus-plus dan lain sebagainya. Kami kira fakta
ini sudah terdengar di setiap sudut ruang kita, dan tidak ditanggapi dengan
hukum-hukum Islam.
Kelima, dalam kisah penduduk Aikah,
yang diutus kepada mereka Nabi Syu’aib AS. Allah menjelaskan karakteristik
mereka selain mereka mendustakan Rosul Allah AS, mereka juga dzalim terhadap hak orang lain.
Allah berfirman : ”Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu merugikan orang lain. Dan
timbanglah dengan timbangan yang benar. Dan janganlah kamu merugikan manusia
dengan mengurangi hak-haknya dan janganlah membuat kerusakan di bumi.”
(Asy-Syu’ara’ : 181-183).
Kita amati fakta kasus korupsi di negeri yang
kemerdekaannya diraih melalui jihad umat Islam ini sangat besar jumlah yang berhasil
terungkap, sedangkan yang belum terungkap mungkin juga lebih besar lagi.
Saudaraku Kaum Muslimin,
Maka tidaklah mengherankan kalo di negeri ini Allah
SWT juga tidak enggan menimpakan adzab-Nya. Kecuali kita mau berubah,
menerapkan syariat Islam di segala lini kehidupan, baik itu kehidupan pribadi,
bermasyarakat dan bernegara seperti yang telah dicontohkan Nabi Muhammad SAW
dan Khulafaur Rasyidin. (nag-jbr)