Kamis, 06 Februari 2014

RENUNGAN DI BALIK BENCANA



Musibah dan bencana datang secara beruntun silih berganti melanda negeri ini.  Kita ambil contoh dengan Banjir di Jakarta yang sudah menenggelamkan seperlima wilayahnya. Masih ingatkah kita bagaimana Jakarta merayakan penyambutan tahun baru dengan mewah dan meriah yang menghabiskan dana Rp 1 M hanya dalam semalam. Dan kini 2 minggu setelah acara hura-hura itu lebih dari 1 M kerugian harus ditanggung akibat banjir ini. Sebagai orang beriman, sudah sepatutnya mengambil pelajaran berharga dari kejadian-kejadian ini.

Lain Dulu, Lain Sekarang

Sudah menjadi kebiasaan, biasanya berbondong-bondonglah para pejabat, dari kepala daerah hingga presiden, mendatangi daerah yang dilanda bencana. Ucapan yang biasanya dilontarkan para pemimpin kepada rakyatnya yang sedang terkena bencana, “Sabar, tabah, tawakkal, dan lain-lain…” yang pada intinya menghimbau agar rakyat bersabar dalam menghadapi bencana

Kalau kita kembali ke zaman Khalifah Umar bin Khaththab,  juga pernah terjadi bencana berupa gempa dahsyat yang menimpa salah satu daerah yang dipimpinnya. Khalifah Umar pun mengunjungi daerah yang tertimpa gempa tersebut. Tetapi yang sangat berbeda dengan para pemimpin sekarang adalah perkataan yang dilontarkan oleh beliau.

Khalifah Umar berkata, “Wahai rakyatku, dosa besar apakah yang kalian lakukan sehingga Allah menimpakan azab seperti ini?!”

Sebagian orang mungkin akan berpikir bahwa ucapan itu sangatlah kasar dan kurang berkenan, apalagi kepada orang yang sedang tertimpa musibah. Tetapi, Khalifah Umar berkata demikian bukanlah tanpa sebab. Umar bin Khaththab lebih mengajak rakyatnya agar mengintrospeksi diri, dan inilah yang seharusnya kita lakukan.

Dalam Al-Qur’an Surat Hud ayat 109, Allah berfirman: “Dan Rabbmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedangkan penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.”

Kemudian dalam Surat Al-Qashash ayat 59: “… dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota, kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman.”

Apakah Penyebabnya?

Lalu dosa besar apa yang telah dilakukan, sehingga Allah menimpakan bencana beruntun ini? Pertama, Allah menjelaskan dalam Al-Qur’an bahwa kaum yang di adzab oleh Allah adalah kaum yang tidak beriman [kafir] kepada Allah.

Kalau kita lihat fenomena di negeri Indonesia ini, mayoritas adalah mengaku pemeluk agama Islam. Tapi apa yang terjadi, Pemimpinnya justru enggan dan menolak berhukum dengan hukum Allah SWT, bahkan berhukum dengan hukum yang bertentangan dengan hukum Allah (hukum thogut). Padahal Allah berfirman :

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.  (QS. An-Nisa [4]: 60)

Kedua, Mendustakan kebenaran yang dibawa oleh Rasul dan mengusir orang-orang beriman.

Hal ini seperti yang tertuang dalam Surat Asy Syu’ara’ ayat 105-115, Allah berfirman :

”Kaum Nuh telah mendustakan para Rasul. Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku". Mereka berkata: "Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?" Nuh menjawab: "Bagaimana aku mengetahui apa yang telah mereka kerjakan? Perhitungan (amal perbuatan) mereka tidak lain hanyalah kepada Tuhanku, kalau kamu menyadari. Dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang beriman. Aku (ini) tidak lain melainkan pemberi peringatan yang menjelaskan". dan aku (Nuh) tidak akan mengusir orang-orang yang beriman.”

Hal ini ada kesamaan dengan fenomena penentangan dan pengusiran umat Islam yang ingin menerapkan Syariat Islam di Indonesia. Mereka pun kerap diremehkan dengan perkataan “Kalo ingin bersyariat Islam secara kaffah silahkan keluar dari NKRI”. Meskipun disisi lain, status dzohir mereka mengaku beragama Islam, tapi enggan diatur dengan syariat Islam. Maunya Islam yang hanya sebatas ibadah ritual saja, sedangkan hukum-hukum had [pidana yang sesuai Islam] mereka tidak mau memperjuangkan penegakanya.

Ketiga, dalam kisah kaum ‘Ad, selain mereka mendustakan Nabi Hud AS beserta ajaranya dan syareat Allah, kaum ‘Ad juga mempunyai ciri khas yaitu menyiksa kepada tawanan yang lemah.

Hal ini tertuang dalam firman Allah SWT : ”dan apabila kalian menyiksa, kalian menyiksa dengan kejam.” (Asy Syu’ara’ : 130).

Kita lihat kebrutalan dan kekejaman aparat DENSUS 88 anti teror [baca: anti Islam]. Dari banyak kasus, mereka melakukan penyiksaan terhadap muslim yang hanya dituduh sebagai teroris, bahkan beberapa diantaranya terjadi kasus salah tangkap. Sedangkan pembunuhan EXTRA JUDICIAL KILLING yang DENSUS 88 lakukan juga sudah sangat banyak terhadap umat Islam yang baru dituduh sebagai teroris.
Keempat, kisah kaum Nabi Luth AS mengenai perzinahan, baik itu antara laki-laki perempuan atau sesama jenis. Bagaimana dengan negeri ini yang banyak sekali kantong-kantong kemaksiatan baik itu lokalisasi pelacuran, diskotik, kafe remang-remang, panti pijat plus-plus dan lain sebagainya. Kami kira fakta ini sudah terdengar di setiap sudut ruang kita, dan tidak ditanggapi dengan hukum-hukum Islam.

Kelima, dalam kisah penduduk Aikah, yang diutus kepada mereka Nabi Syu’aib AS. Allah menjelaskan karakteristik mereka selain mereka mendustakan Rosul Allah AS, mereka juga dzalim terhadap hak orang lain.

Allah berfirman : ”Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu merugikan orang lain. Dan timbanglah dengan timbangan yang benar. Dan janganlah kamu merugikan manusia dengan mengurangi hak-haknya dan janganlah membuat kerusakan di bumi.” (Asy-Syu’ara’ : 181-183).

Kita amati fakta kasus korupsi di negeri yang kemerdekaannya diraih melalui jihad umat Islam ini sangat besar jumlah yang berhasil terungkap, sedangkan yang belum terungkap mungkin juga lebih besar lagi.

Saudaraku Kaum Muslimin,
Maka tidaklah mengherankan kalo di negeri ini Allah SWT juga tidak enggan menimpakan adzab-Nya. Kecuali kita mau berubah, menerapkan syariat Islam di segala lini kehidupan, baik itu kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara seperti yang telah dicontohkan Nabi Muhammad SAW dan Khulafaur Rasyidin. (nag-jbr)