Selasa, 03 September 2013

Dialog Menarik Dengan Insinyur Barat Yang Berjihad Di Suriah




Shoutussalam - Ini adalah tahun-tahun penuh kesibukan bagi Ahmad (bukan nama sebenarnya), seorang jihadis yang memiliki latar pendidikan Barat. Ia ikut bertempur menggulingkan tahta Rezim Assad di Suriah. Ahmad adalah seorang insinyur lulusan Kanada yang bergabung dengan Mujahidin al Qaeda di Suriah pada musim gugur tahun lalu. Dalam waktu kurang dari satu tahun, ia sudah tiga kali mendapatkan luka tembak dan cedera kepala akibat terkena pecahan peluru.

Beberapa bulan lalu, seorang wartawan independen di Timur Tengah, Anna Theresa Day mendapatkan kesempatan langka berbicara dengan Ahmad di sebuah rumah sakit yang terletak di seberang perbatasan di Turki. Disana ia sedang menjalani pengobatan akibat cidera terkena tembakan sniper di lengan tangan kirinya. Ia tidak sabar ingin segera kembali ke garis depan pertempuran selama bulan Ramadhan. Ahmad mengatakan ingin mendapatkan syahid di bulan mulia itu. "Tekad kami tidak pernah surut," katanya.

Pria asal Saudi berumur 29 tahun itu bergabung dalam barisan Mujahidin Jabhat al Nusrah hampir setahun yang lalu melalui bantuan temannya yang juga berasal dari Saudi bernama Mahmud. Mahmud juga membawa banyak temannya di Saudi ikut bergabung dalam kelompok-kelompok Jihad di Aleppo, Suriah. Ahmad sebenarnya mengenal Mahmud di Arab Saudi juga melalui temannya yang lain, dan ia mengambil kesempatan berkenalan itu untuk ikut pergi berjihad di Suriah. Dia mengatakan,sudah bosan hidup di tengah kenyamanan yang membuatnya lalai.

Setelah pertemuan pertama Anna dengan Ahmad yang katanya “menegangkan”, Ahmad lantas mengirimkan pertemanan ke akun FaceBook Anna. Ketika itu Anna bertanya pada Ahmad, di kelompok teroris manakah ia bergabung. Ahmad pun menjawab dengan sedikit ejekan.

"Anda tanyakan aku bergabung di kelompok teror yang mana? Maksudmu kelompok yang dituduh sebagai teroris oleh bangsa yang sesungguhnya paling teroris di dunia ini (yaitu Amerika)? Aku akan anggap itu sebagai pujian!" katanya, sambil ,menunjuk apa yang dilakukan Amerika di Iraq, dan serangan pengecut pesawat tak berawak Amerika di Yaman dan Pakistan.

"Anna, saya beritahu Anda. Aku sebelum ini bersekolah di Kanada, jadi aku tahu betul apa yang Anda pikirkan tentang kami di Barat," desisnya. Intonasi kata-katanya saat itu tak seperti sebelumnya, yang dipenuhi kelembutan.

"Kalian pikir bahwa kami gila bukan, tapi kami tidak berpikir bahwa banyak dari orang-orang di Barat adalah orang yang baik... Sekarang sudah lebih dari 100.000 orang di Suriah yang dibantai, dan kalian tidak melakukan apa pun. Dan kalian bilang bahwa kami ini gila? Yah, kami pikir kalian ini kejam."

Ahmed mengatakan bahwa invasi Amerika ke Iraq adalah faktor yang membuatnya ingin bergabung dalam aksi Jihad Global.

"Anda lihat, aku telah menyaksikan kehidupan dunia Anda di Barat, oleh karenanya aku telah melihat kehidupan kedua belah pihak. Dan sekarang aku memutuskan telah memilih jalan ini. Aku memilih untuk membela mereka yang tak bersalah. "

Ahmad lantas menunjukkan foto-foto kehidupannya di FaceBook, semasa ia masih di Kanada dan Amerika. Nampak ia sedang berpesta-pesta dengan banyak tumpukan kaleng bir di belakangnya. Di fotonya yang lain, ia berdiri di Times Square, mengacungkan dua jari jempolnya ke kamera.

"Itu adalah kehidupanku yang lain, dan sekarang Alhamdulillah, aku tahu mana yang lebih baik," katanya sambil memberikan icon tertawa.

Untuk alasan keamanan, Ahmad menonaktifkan halaman Facebooknya. Hal itu sebagai bentuk kekhawatirannya kalau badan-badan intelijen Barat bisa melacaknya, dan juga akan membahayakan teman-temannya yang mendukungnya pergi ke Suriah.

Sejak kedatangannya ke Suriah pada September 2012 lalu, Ahmad telah berjuang dalam barisan tiga kelompok mujahidin yang berbeda, diantaranya adalah Jabhat al Nusrah, lalu Daulah Islam Iraq dan Syam atau yang lebih populer dengan sebutan ISIS.

Yang menarik adalah, ketika Ahmad mengatakan bahwa sosok pemimpin Jabhat al Nusrah, Syaikh al Fatih Abu Muhammad al Jawlani adalah seorang pahlawan seperti Syaikh Usamah bin Ladin. Bahkan Ahmad sangat berharap, kelak suatu hari Syaikh al Jawlani mengundangnya makan-makan bersama.