Para pembaca yang dirahmati Allah, Imam Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya 5/239 mengetengahkan sebuah hadits dari sahabat Mu'adz bin Jabal radhiyallahu a'anhu. Suatu hari Nabi bertanya kepada para sahabat, “maukah kalian aku beritahu tentang amalan yang paling baik bagi kalian, yang paling suci di hadapan Raja kalian (Allah), dan paling tinggi dalam mengangkat derajat kalian? Bahkan ia lebih baik dari menyedekahkan emas dan perak dan dari pertemuan kalian dengan musuh lalu kalian menebas leher mereka dan mereka pun menebas leher kalian.”Mereka menjawab, “tentu saja.” Kemudian Nabi SAW bersabda, “yaitu dzikrullah 'azza wajalla.”
Nah, Apakah hadits diatas terkesan meng'gembosi' keutamaan jihad dan syahid di medan perang? sebagian ulama.menilai Hadits diatas adalah musykil. Tahqiq-nya, para ulama menyatakan bahwa yang dimaksud oleh hadits di atas adalah yang berjihad dan terbunuh di medan jihad sementara hati dan lisannya tidak dalam keadaan berdzikir kepada Alloh. Adapun yang berada di sana dan berjuang dengan harta dan tidak pernah lepas dari dzikrullah tentunya berbeda kondisinya dan statusnya lebih baik lagi, sebab dia mengumpulkan dua amalan sekaligus, yakni berjihad dan berdzikir
Definisi Dzikir
Dalam kamus Al-Munawwir kata dzikir yang merupakan mashdar dari kata dzakara yadzkuru memiliki beberapa arti: mengucapkan, menyebut, mengagungkan, dan menyucikan. Jika dikatakan seseorang dzikrullah berarti secara bahasa ia mengucapkan nama Alloh, menyebut-Nya, mengagungkan-Nya, dan menyucikan-Nya.
Saat menafsirkan firman Alloh, “(yaitu) orang-orang yang beriman dan menjadi damai hati mereka karena dzikrullah,” (QS. Ar-Ra'ad: 28). Imam asy-Syaukaniy menyatakan bahwa yang dimaksud dengan dzikir dalam ayat tsb adalah tilawah alqur'an, membaca tasbih, takbir, tahmid, takbir, dan tauhid atau tahlil. Termasuk dzikir juga adalah mendengarkan bacaan itu dari orang lain.
Adapun Sa'id bin Jubair yang seorang tabi'in dan beberapa orang ulama lain menyatakan bahwa dzikir itu bukan hanya bacaan tahmid, tahlil, takbir, dan tasbih. Lebih dari itu, segala bentuk keta'atan kepada Alloh adalah bentuk dzikir kepada-Nya. Karena itulah dinyatakan bahwa Rasulullah SAW senantiasa berdzikir kepada Alloh dalam segala keadaan beliau. Sebab beliau tidak pernah kosong dari pelbagai bentuk ketaatan kepada Alloh. Adalah Rasulullah SAW, begitu menyelesaikan suatu bentuk ketaatan beliau berpindah untuk melaksanakan bentuk ketaatan yang lain. Dan selama jeda perpindahan itu pun beliau sama sekali tidak melalaikan Alloh.
Sa'id bin Jubair memaknai dzikir dengan makna umum, karena saat seseorang beribadah kepada Alloh dengan benar, pastilah pada saat itu juga ia mengingat Alloh SWT.
Hati yang Hadir
Penulis kitab Al-Adzkar Imam an-Nawawiy (wafat tahun 676 H), mengajarkan bahwa jika harus memilih antara berdikir dengan hati atau berdzikir dengan lisan; maka yang pertamalah yang harus menjadi pilihan kita. Walau yang terbak tentu jika kita bisa berdzikir dengan hati dan lisan sekaligus.
Dzikir yang diajarkan Nabi ada dua: dzikir ibtida'iy dan dzikir sababiy. Yang pertama adalah dzikir yang tidak terikat dengan aturan waktu, jumlah, dan sebagainya. Yang penting adalah konsentrasi kita pada apa yang kita baca, misalnya adalah dzikir yang kita baca selama perjalanan kita ke masjid.
Sedangkan dzikir sababiy adalah dzikir yang terikat dengan aturan waktu, jumlah, dan sebagainya. Misalnya adalah dzikir seusai shalat, dzikir hendak tidur, dan lain-lain.
Adakah hubungannya Dzikir dengan Jihad?
Dzikir dan jihad tidak bisa dipisahkan, jihad adalah puncaknya ibadah. Zikir tanpa jihad akan kalah begitupun sebaliknya jihad tanpa Zikir juga akan kalah. Dahulu ketika umat Islam yang jumlahnya minoritas menghantam mundur pasukan adidaya Romawi dan Persia. Ketika itu sifat istimewa tentara Islam yaitu malamnya seperti rahib dan siangnya seperti singa.
Malam menjalin hubungan 'mesra' memperkuat ruhiyah kepada Allah, di situlah lahir kekuatan fisik, dan siangnya jihad fisabillah, di situlah melahirkan kemenangan. Sejarah mencatat dua pertiga dunia pernah dikuasai Islam, ternyata tidak hanya dibayar dengan tetesan darah saja, tetapi dibayar dengan linangan air mata tahajud para mujahid.
Apa Kesimpulannya?
Dzikir tidak hanya dimaknai sebagai aktifitas wirid di dalam masjid atau rumah saja. Lebih dari itu, Dzikir merupakan segala aktifitas mendekatkan diri kepada Allah, saling mengingatkan kepada Allah, termasuk mencari ilmu hingga istiqomah dalam mengamalkan puncak ibadah yakni jihad fi sabilillah. Maka dari itu, orang yang gemar berdzikir harus juga mencintai dan bahkan bertekad untuk bisa terjun dan terlibat dalam amal jihad.
Marilah kita membiasakan diri dengan dzikir-dzikir yang ma'tsur yang diajarkan oleh Nabi SAW dan lebih sering kita camkan sabda beliau shalallahu 'alaihi wasallam, “perumpamaan orang yang berdzikir kepada Rabbnya dan yang tidak berdzikir adalah seperti orang yang hidup dengan orang yang mati.” (HR. Bukhariy Muslim dari Abu Musa al-Asy'ariy) Wallahu 'alam bish showwab. [bas/jb].