Selasa, 26 Agustus 2014

Meraih Kesuksesan Sejati


Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah sukses.
Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS Ali Imron: 185)                                                     
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah, dalam ayat ini Allah ta’ala menerangkan kepada kita bahwa kesuksesan yang sebenarnya adalah ketika seseorang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga. Sedangkan kesuksesan di dunia itu hanyalah kesenangan yang memperdayakan.

Tidakkah kita ridha dengan karunia Allah ini? Tidakkah kita senang dengan janji Allah ini ? Bukankah ini yang selalu kita usahakan selama ini? Bukankah kita selalu berusaha agar Allah menyelamatkan kita dari neraka dan memasukkan kita ke dalam surga? Apalagi yang akan kita cari di dunia ini selain kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat yang kekal ?

Dengan ayat ini Allah ta’ala mengajari kita agar dalam menilai sesuatu hendaknya menilai dari sisi akhirat, bukan menilai semata-mata dengan ukuran sukses dunia. Karena itu, marilah kita mulai mengalihkan pandangan dan pikiran kita lebih jauh ke depan.

Ukuran kesuksesan yang sesungguhnya adalah bagaimana seseorang bisa menjalani kehidupannya dengan penuh makna. Dia bisa menjalani kehidupannya di dunia dengan kehidupan yang penuh manfaat untuk dirinya dan orang-orang di sekitarnya. Dia bisa menjalani kehidupannya dengan penuh kesadaran akan tujuan dia diciptakan dan dihidupkan di dunia ini. Dan tujuan penciptaannya tidak lain dan tidak bukan adalah hanya untuk beribadah kepada Penciptanya, tidak ada selain itu.

Kita tarik pandangan kita jauh ke negeri akhirat, walaupun tidak banyak yang kita ketahui tentang negeri itu selain yang telah Allah dan Rasul-Nya kabarkan kepada kita. Bayangkanlah kita sedang berada di negeri itu, kita digiring ke padang mahsyar, kita berdiri dihadapan Allah sendiri-sendiri untuk mempertanggungjawabkan perbuatan kita, kita berjalan di atas shirat, kita berada di hadapan surga dan neraka, dst. Ya Allah, selamatkanlah kami dari neraka dan masukkanlah kami ke dalam surga.

Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah, Kemanakah kita akan berakhir abadi, ke surga ataukah ke neraka? Sungguh ini tergantung apa yang telah kita persiapkan untuk itu. Barangsiapa menginginkan surga maka hendaklah dia menempuh jalan menuju surga. Jika tidak maka dia akan meluncur jatuh ke neraka. Na’udzubillahi min dzalik. Dan ketahuilah bahwa diantara jalan menuju surga itu adalah ibadah puasa.

Ketahuilah bahwa di surga ada satu pintu namanya ‘baabur rayyaan’ yang tidak dimasuki kecuali oleh orang-orang yang berpuasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Sesungguhnya di surga ada satu pintu yang disebut ‘baabur rayyaan’. Pada hari kiamat orang-orang yang berpuasa masuk surga lewat pintu itu. Tidak ada seorang pun yang masuk surga lewat pintu itu kecuali mereka. Dipanggil: “Dimanakah orang-orang yang berpuasa?” Maka mereka berdiri. Tidak ada seorang pun yang masuk surga lewat pintu itu kecuali mereka. Jika mereka telah masuk surga maka pintu itu ditutup sehingga tidak ada seorang pun yang masuk surga lewat pintu itu. (HR Bukhari dan Muslim)

Seorang sahabat berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah tunjukkan kepadaku suatu amalan yang bisa memasukkanku ke dalam surga.” Kemudian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Hendaklah engkau melaksanakan puasa karena tidak ada yang semisal dengannya.” (HR. Nasaai)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Allah Ta’ala berfirman, ‘Semua amalan manusia  adalah untuknya kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya’…” (HR Bukhari dan Muslim)

Setelah membawakan hadits di atas, Imam Al Qurtubi rahimahullah dalam tafsirnya mengatakan, “Allah mengkhususkan balasan puasa (yaitu dengan tidak menyebutkan bentuk balasannya-pent) daripada ibadah yang lain karena dua hal yaitu pertama, puasa mencegah keinginan syahwat tidak sebagaimana ibadah yang lain. Kedua, karena puasa adalah amalan yang bersifat rahasia antara hamba dan Allah, maka peluang untuk berbuat riyanya sangat kecil. Berbeda dengan amalan yang nampak, maka peluang untuk berbuat riya lebih besar. (Al Jami’ Li Akamil Qur’an)

Dalam riwayat Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Siapakah diantara kalian yang berpuasa hari ini?”“Saya,” jawab Abu Bakar radhiallahu ‘anhu.

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Siapakah diantara kalian yang mengikuti jenazah hari ini?” “Saya,” jawab Abu Bakar radhiallahu ‘anhu.

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Siapakah diantara kalian yang memberi makan orang miskin hari ini?” “Saya,” jawab Abu Bakar radhiallahu ‘anhu.

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Siapakah diantara kalian yang menjenguk orang sakit hari ini?”“Saya,” jawab Abu Bakar radhiallahu ‘anhu.

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah empat perkara itu terkumpul pada diri seseorang kecuali pasti dia masuk surga.”
Kaum muslimin rahimahullah marilah kita bersungguh-sungguh meraih kesuksesan sejati tersebut dengan senantiasa istiqomah dalam ketaqwaan. “Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam surga dan lindungilah kami dari siksa neraka. Aamiin yaa mujiibas saailiin.” Wallohu ‘alam bish showwab. [bamb-prob]