Sabar
adalah akhlaq yang bersifat kasbi
(dapat dicari) yang bisa menjadi karakter seseorang. Sabar merupakan upaya
untuk menahan diri dari keluh kesah hingga seseorang bisa menguasai dirinya
dari rasa amarah, menahan lisannya dari mengadu, dan menahan anggota badan dari
perbuatan yang tidak layak dilakukan. Dengan kata lain, sabar adalah keteguhan
hati dalam menerima hukum-hukum takdir dan syariat Allah SWT.
Sabar
di sisi Alloh SWT memiliki kedudukan dan tingkatan mulia yang harus diraih penuh
kesungguhan. Sahabat Jabir ra. meriwayatkan, bahwa Nabi SAW pernah ditanya
tentang sabar. Beliau SAW menjawab:
”Seandainya
sabar itu adalah seorang laki-laki, pasti ia seorang laki-laki yang muda yang
lagi dermawan” ( HR. Thabrani dari Ibnu Abbas)
Di
dalam Al-Qur’an, kata sabar disebutkan sebanyak 82 tempat di dalam memuji dan
dua tempat dalam rangka mencela. Alloh SWT telah memerintahkan dan memotivasi
hambanya supaya senantiasa bersabar.
“Dan
mintalah (mengerjakan) sholat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh
berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. “ (Terj. QS. Al-Baqarah: 45)
Sabar Atas Ketaatan
Kepada Alloh SWT
Alloh
SWT berfirman:
”Rabb (yang menguasai)
langit dan bumi dan apa-apa yang ada diantara keduanya, maka sembahlah Dia dan
berteguh hatilah dalam beribadat kepada-NYA. Apakah kamu mengetahui ada seorang
yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (Terj QS. Maryam: 65)
Menurut
Ibnu Qayyim, “Kebahagiaan seorang hamba
dan kesempurnaan nikmatnya tergantung pada lima perkara;
(i) Pengetahuan
tentang kenikmatan yang diharapkannya,
(ii) kecintaannya pada kenikmatan
tersebut,
(iii) pengetahuan tentang cara untuk mendapatkannya,
(iv) pengetahuan
tentang hak dalam kenikmatan tersebut, dan
(v) kesabaran atas semua itu.
Alloh
SWT berfirman : “Demi masa, sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh dan nasihat menasihati
dalam menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Terj
QS. Al-Ashr 1-3)
Tidak
ada yang bisa istiqomah untuk senantiasaan taat kepada Alloh SWT, kecuali
orang-orang yang dimudahkan-Nya. Karena jika tidak demikian, setiap orang akan
sesumbar bahwa dirinya adalah yang paling taat kepada Alloh SWT.
Bentuk Kesabaran
Dalam Menjalani Ketaatan Kepada Alloh SWT
Bentuk
sabar dalam menjalankan kepada Alloh SWT sangat baanyak sekali, disini hanya
akan dijelaskan yang mencakup 3 perkara pokok yaitu :
(i) sabar dalam
menjalankan lima rukun islam,
(ii) sabar dalam peperangan dan
(iii) sabar terhadap
penguasa.
Sabar Dalam Menjalankan Lima Rukun Islam
Bersabar
berwudhu di pagi hari yang sangat dingin, bersabar menegakkan sholat di tengah
malam, serta senantiasa menjaga sholat lima waktu merupakan kesibukan yang
mengagumkan seorang muslim sejati.
Dari
Abu Hurairah, Rosululloh SAW bersabda,
“Maukah
kalian kuberi tahu amalan yang dengannya Alloh menghapuskan kesalahan-kesalahanmu
dan mengangkat derajatmu?” Para sahabat menjawab, “Tentu, kami mau wahai Rosululloh Beliau bersabda: “Sempurnakanlah wudhu ketika
dalam kondisi yang tidak kamu sukai, memperbanyak langkah ke Masjid, menunggu
shalat berikutnya, maka yang demikian itu adalah ribath (berjaga diperbatasan
musuh, maka yang demikian itu adalah ribath.” (HR. Bukhori)
Contoh
lain adalah ketika berpuasa (shiyam)
di siang hari yang terik. Sabar dalam mengerjakan rukun islam yang kelima,
menunaikan haji ke Baitulloh. Mengerjakan perintah Alloh SWT dan menjauhi
larangan-Nya termasuk dari jenis sabar dalam ketaatan kepada Alloh SWT, sehingga
barang siapa mengerjakan semua itu dalam rangka mencari keridhaan Alloh SWT,
maka dia akan mendapatkan balasan yang baik di sisi Alloh SWT.
Sabar Dalam Peperangan
Sabar
dalam peperangan merupakan sebab terbesar untuk mendapatkan kemenangan dari
musuh yang dihadapi. Sebagaimana kemenangan yang telah diraih dalam perang Badar Al-Kubra. Saat itu jumlah pasukan
kafir sebanyak 1300 orang lengkap dengan senjata perang. Sedangkan jumlah
tentara kaum muslimin kurang dari 300 orang. Namun berkat kesabaran tentara
kaum muslimin di medan perang tersebut, maka Alloh memberikan kemenangan pada
mereka atas orang-orang kafir.
Sabar
dan perang juga merupakan pembuktian keinginan seorang muslim untuk dimasukkan
ke dalam surga, sebagaimana firman-Nya :
“Apakah
kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah
orang-orang yang berjihad (berperang) di antaramu, dan belum nyata orang-orang
yang sabar. Sesungguhnya kamu mengharapkan mati (syahid) sebelum kamu
menghadapinya; (sekarang) sungguh kamu telah melihatnya dan kamu
menyaksikannya” (Terj. QS Ali Imran [3]: 142-143).
Sabar Terhadap Penguasa
Tidak
mungkin kaum musimin akan hidup dalam naungan keamanan yang menyejukkan dan
hanyut dalam kebaikan jika mereka tidak mempunyai pemimpin yang selalu
mengurusi urusannya, memegang kendalinya dan berbuat adil di negerinya.
Rosululloh SAW bersabda:
“Barangsiapa
yang melihat penguasanya tidak dalam yang di sukai, hendaknya dia bersabar.
Karena sesungguhnya, siapa yang memisahkan diri dari jamaah sejengkal saja,
maka apabila dia meninggal, dia meninggal secara jahiliyah”. (Hadits Ibnu Abbas ra, dikeluarkan oleh
Al-Bukhari dan Muslim dalam Shahihnya)
Begitulah
aqidah yang benar terhadap penguasa muslim, meskipun pada dirinya di kemudian
hari terdapat sifat fasiq lagi zhalim. Rasulullah SAW telah mewanti-wanti
kepada kaum Muslimin agar tetap taat dan sabar terhadap hal yang tidak disukai
dari penguasanya. Tetapi jangan lupakan hadits yang penting berikut ini
Rasulullah SAW
memanggil kami, lalu membai’at kami. Maka di antara bai’atnya adalah agar kami berbai’at untuk mendengar
dan taat di saat kami suka ataupun tidak
suka, di saat dalam kemudahan ataupun
dalam kesusahaan, dan di saat kami diperlakukan secara tidak adil. Dan agar
kami tidak mencabut urusan (kepemimpinan dari orang yang berhak). Beliau
berkata: kecuali jika kalian melihat
kekufuran yang nyata yang kalian memiliki dalil padanya dari Allah. (HR. Imam Muslim dalam shahihnya 42-1709.
Lihat Shahihu
Muslim bisyarhi An-Nawawi 12/2315 cet Darul Aqidah dan dalam Shahih Al-Bukhari, Kitabul Fitan, hadits no 7055,
7056 13/8-9 Cet. Daaru Mishr Liththiba’ah).
Bahkan
menurunkan dan keluar dari ketaatan terhadap penguasa yang melakukan kekufuran
yang nyata ini merupakan kewajiban yang telah dinyatakan oleh para ulama
pendahulu. Pendapat tersebut antara
lain:
1. Ibnu Hajar selain menyatakan wajibnya memberontak, ia
juga berkata dalam Fathul Bari : “Ringkasnya
menurut ijma` bahwasanya penguasa dimakzulkan
(dilengserkan) karena melakukan kekafiran, maka wajib atas setiap muslim ikut
andil dalam hal itu, maka barangsiapa yang kuat melakukannya meraih pahala dan
barangsiapa yang bermudahanah (cari muka dan menjilat) mendapat dosa, dan
barangsiapa yang lemah wajib berhijrah dari negeri itu.” (Fathul Bari 13/176
dan selebihnya bisa dibaca pada 13/8-13)
2. Imam An-Nawawi mengatakan, “Qadhi Iyadh berkata, ‘Para ulama bersepakat bahwa kepemimpinan tidak
diberikan kepada orang kafir. Namun, kalau ia tiba-tiba menjadi kafir, maka
harus dilengserkan.’ Lebih lanjut Qadhi Iyadh berkata, ‘Begitu pula jika ia
meninggalkan shalat dan mengajak orang untuk mengikutinya’ “. (Syarh Shahîh Muslim: XII/229)
Kesimpulan
Sabar
tidak identik dengan kepasrahan dan menyerah pada kondisi yang ada, atau
identik dengan keterdzoliman. Justru sabar adalah sebuah sikap aktif, untuk
merubah kondisi yang ada, sehingga dapat menjadi lebih baik dan baik lagi. Oleh
karena itulah, marilah secara bersama kita berusaha untuk menggapai sikap ini.
Insya Allah, Allah akan memberikan jalan bagi hamba-hamba-Nya yang berusaha Sabar
dalam Menaaati Alloh SWT.Pemilik kesabaran adalah orang yang tangguh tak
terkalahkan, pantang mundur dan tak terjatuhkan. Dia selalu meraup manfaat dan
kebaikan bahkan pahala tanpa batas. Wallohu
A’lam bish showwab (4bu w!ld4-bwi)