Pembaca yang dirahmati Alloh, Romadhon adalah bulan Mulia yang di dalamnya diturunkan Al Qur’an sebagai pedoman hidup yang dijamin kebenarannya. Al-Qur’an adalah pedoman yang harus kita pegang teguh dengan mengimaninya dan mengamalkan isi kandungannya dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara.
Sesungguhnya, Al-Qur’an memiliki keagungan, keajaiban,
keindahan dan pesona yang menakjubkan. Inilah yang juga diakui bangsa jin
ketika pertama kali mendengar lantunan Al-Qur’an yang dibacakan Rosululloh SAW,
secara spontan mereka berucap, “sesungguhnya,
kami telah mendengar Al-Qur’an sebagai sesuatu yang menakjubkan” [QS Al-Jin:1]
Al-Qur’an adalah tali Alloh yang kokoh, dengan
perantaraannya Dia memberi kita petunjuk dan melindungi hamba yang dipilihnya.
Saat ini --pada saat kita senantiasa terkepung dengan beragam musibah dan
bencana--tiada lagi Rosululoh yang hadir di tengah-tengah kita untuk memberi
petunjuk dan nasehatnya. Namun, di depan kita terdapat Al-Qur’an, Kitabulloh yang
menjelaskan segalanya kepada kita. Firman-Nya:
“Dan Kami turunkan
kepadamu Al-Kitab [Al-Qur’an] untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk
serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”
[QS.An-Nahl:89].
Kitabulloh ini, sebagaimana yang disifati Rosululloh SAW
seperti air hujan deras yang turun pada saat bumi telah kering dan mati, ketika
manusia tengah dahaga dan sangat membutuhkannya. Dengan hujan itu, tanah yang
gersang bisa tumbuh kembali dengan subur dan manusia bersuka cita dengannya. [QS
Al Hadid:17]
Maka, sudah sepatutnya bagi setiap muslim untuk selalu
memperhatikan dan men-tadabburi, membaca dan menghayatinya, bukan sekedar
mendengarkan atau membacanya di mushaf semata.
Permisalan yang pasti sangat
berharga
Sesungguhnya, Al-Qur’an banyak menyebutkan perumpamaan
tentang kejadian sesuatu. Semuanya dimaksudkan agar setiap manusia mau
mengambil pelajaran darinya. Kisah-kisah umat terdahulu bukan merupakan dongeng
pengantar tidur, cerita bohong, atau sekedar rekreasi spiritual yang setelah
membacanya manusia kembali kepada habitatnya masing-masing, tanpa pernah berfikir
sedikitpun bahwa ternyata kisah tersebut dimaksudkan untuk dirinya. Ketika
Alloh menceritakan kisah umat Nabi Nuh as yang ditenggelamkan banjir bah maka
yang diinginkan Alloh adalah agar umat setelahnya tidak berbuat sebagaimana
yang mereka perbuat. Alloh juga membuat permisalan tentang Alam Semesta,
tumbuh-tumbuhan dan binatang, gunung dan laut bahkan binatang yang amat kecil;
seperti semut dan nyamuk.
Masih Berlaku Untuk
Kita
Al-Qur’an baru akan menjadi petunjuk dan pedoman bagi
setiap muslim manakala dia meyakini bahwa kisah dan perumpamaan yang Alloh
berikan ditujukan untuk dirinya, bukan hanya untuk kaum yang hidup pada masa
lalu. Inilah yang difahami oleh Umar ra sebagaimana khutbahnya di depan para
sahabat, “kaum-kaum itu telah berlalu dan
tidak ada lagi yang dimaksudkan oleh Kitabulloh itu selain diri kalian”
Alloh menjelaskan masih berlakunya Kisah Fir’aun dan
sekutunya sebagai pelajaran untuk generasi sekarang, sebagaimana firman-Nya:
Dan (juga) Qarun, Fir’aun
dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa
bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku
sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari
kehancuran itu). Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan
dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu
kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan
di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada
yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka,
akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. Perumpamaan
orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti
laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah
rumah laba-laba kalau mereka mengetahui. Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang
mereka seru selain Allah. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dan
perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. [QS Al Ankabut:39-43]
Perumpamaan diatas menunjukkan kondisi umat Islam hari ini, yang masih diselimuti kelemahan,
kehinaan dan kekalahan. Sementara kondisi musuh-musuh Islam berada di puncak kebiadabannya
dalam menodai dan menindas kehormatan kaum muslimin. Hari ini keadaan umat
Islam benar-benar mirip dengan kondisi Bani Isroil ketika berada dalam
kediktatoran Rezim Fir’aun. Tak seorang pun—bahkan, tak satu wilayahpun—yang
mampu tegak dan bangkit menantang kebiadaban Fir’aun. Semuanya takluk dibawah
kekuasaan dan undang-undangnya. Bagi yang berani menantang, maka dia telah siap menjalani hidupnya dalam
gelapnya penjara, liciknya tipudaya dan kebiadaban siksaannya.
Apa yang Sesuai Saat
Ini?
Hubungan perumpamaan dengan realita terkini benar-benar
dapat tergambar jelas dan terang, bagaikan terangnya matahari ketika tepat di
atas ubun-ubun kita. Jika seluruh manusia hari ini banyak berbicara kekejaman
Amerika dan aliansi Negara kafir dan munafik pendukungnya dalam menindas umat
Islam di berbagai Negara maka benarlah Amerika telah menjelma sebagai Fir’aun
abad ini. Sedangkan kaum muslimin tak jauh beda dengan kondisi Bani Isroil saat
hidup dalam penindasannya.