Beriman kepada taqdir Allah adalah konsekuensi keimanan terhadap Rukun Iman yang tidak boleh ditinggalkan. Hal ini wajib diyaqini dengan pembenaran amal perkataan dan perbuatan kita sebagai seorang Muslim. Ada 5 penulisan taqdir yang sudah Allah ta'ala tetapkan untuk kehidupan makhluq-Nya.
1. Penulisan Taqdir di Lauhul Mahfudz sebelum diciptakannya langit dan bumi
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍۢ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَٰبٍۢ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌۭ
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfudz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. [Al Hadid : 22]
Dari Abdulloh bin Amr bin Ash rodhiyallohu anhu berkata aku mendengar Rosululloh SAW bersabda, "Allah menulis taqdir-taqdir seluruh makhluq sejak 50 tahun sebelum diciptakan langit dan bumi"
2. Penulisan pada saat perjanjian
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَآ ۛ أَن تَقُولُوا۟ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَٰفِلِينَ أَوْ تَقُولُوٓا۟ إِنَّمَآ أَشْرَكَ ءَابَآؤُنَا مِن قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةًۭ مِّنۢ بَعْدِهِمْ ۖ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ ٱلْمُبْطِلُونَ وَكَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ ٱلْءَايَٰتِ وَلَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?" Dan demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu, agar mereka kembali (kepada kebenaran).
Dari Hisyam bin Hakim, bahwa seseorang datang kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam lalu mengatakan, "Apakah amal-amal itu dimulai ataukah ditentukan oleh qadha'?" Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Allah mengambil keturunan Nabi Adam Alaihissalam dari tulang sulbi mereka, kemudian menjadikan mereka sebagai saksi atas diri mereka, kemudian mengumpulkan mereka dalam kedua telapak tangan-Nya seraya berfirman, 'Mereka di Surga dan mereka di Neraka.' Maka ahli Surga dimudahkan untuk beramal dengan amalan ahli Surga dan ahli Neraka dimudahkan untuk beramal dengan amalan ahli Neraka." HR. Ibnu Abi 'Ashim dalam as-Sunnah, yang diteliti oleh Syaikh al-Albani, (I/73), dan al-Albani menilai sanadnya shahih dan para perawinya semuanya terpercaya, dan as-Suyuthi dalam ad-Durul Mantsuur, (III/604), ia mengatakan, Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Jarir, al-Bazzar, ath-Thabrani, al-Ajurri dalam asy-Syarii'ah, Ibnu Mardawaih, dan al-Baihaqi dalam al-Asmaa' wash Shifaat.
3. Penulisan di kala penciptaan Mudghoh di dalam Rahim
Dari Abu Abdirrohman, Abdulloh
bin Mas’ud rodhiyallohu’anhu, dia berkata: ”Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam telah bersabda kepada kami dan beliau adalah orang yang selalu benar
dan dibenarkan: ’Sesungguhnya setiap orang
diantara kamu dikumpulkan kejadiannya di dalam rahim ibunya selama empat puluh
hari dalam bentuk nuthfah (air mani), kemudian menjadi ‘alaqoh (segumpal darah)
selama waktu itu juga (empat puluh hari), kemudian menjadi mudhghoh(segumpal
daging) selama waktu itu juga, lalu diutuslah seorang malaikat kepadanya, lalu
malaikat itu meniupkan ruh padanya dan ia diperintahkan menulis empat kalimat:
Menulis rizkinya, ajalnya, amalnya, dan nasib celakanya atau bahagianya.
Maka demi Alloh yang tiada tuhan selain-Nya, sesungguhnya ada diantara kamu yang
melakukan amalan penduduk surga dan amalan itu mendekatkannya ke surga sehingga
jarak antara dia dan surga kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah
ditetapkan atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk neraka sehingga dia
masuk ke dalamnya. Dan sesungguhnya ada seseorang diantara kamu yang melakukan
amalan penduduk neraka dan amal itu mendekatkannya ke neraka sehingga jarak
antara dia dan neraka hanya kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah
ditetapka atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk surga sehingga dia
masuk ke dalamnya.” (HR. Bukhori dan
Muslim)
4. Penulisan pada Malam Lailatul Qodar, tentang apa-apa yang terjadi selama setahun
إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةٍۢ
مُّبَٰرَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ
حَكِيمٍ أَمْرًۭا مِّنْ عِندِنَآ ۚ إِنَّا كُنَّا
مُرْسِلِينَ
sesungguhnya
Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah
yang memberi peringatan. Pada malam
itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu)
urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus
rasul-rasul. QS Ad Dukhon 3-5
Ibnu Abbas ra berkata, "akan ditulis dari ummul kitab [lauhul mahfudz] pada malam lailatul qodar apa yang akan terjadi selama setahun; kematian, kehidupan, rizqi, hujan dan bahkan penunai ibadah haji, dikatakan ; si fulan menunaikan ibadah haji, si fulan menunaikan ibadah haji."
5. Penulisan setiap hari
كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ
"Setiap waktu Dia dalam kesibukan." [QS. Ar-Rahmaan/55 : 29]
Disebutkan mengenai tafsir ayat tersebut: Kesibukan-Nya ialah memuliakan dan menghinakan, meninggikan dan merendahkan (derajat), memberi dan menghalangi, menjadikan kaya dan fakir, membuat tertawa dan menangis, mematikan dan menghidupkan, dan seterusnya.
"Setiap waktu Dia dalam kesibukan." [QS. Ar-Rahmaan/55 : 29]
Disebutkan mengenai tafsir ayat tersebut: Kesibukan-Nya ialah memuliakan dan menghinakan, meninggikan dan merendahkan (derajat), memberi dan menghalangi, menjadikan kaya dan fakir, membuat tertawa dan menangis, mematikan dan menghidupkan, dan seterusnya.
Ibnu Mas'ud berkata, "Tiap-tiap [penulisan] taqdir dari seluruh taqdir merupakan rincian [turunan] dari penulisan [taqdir] sebelumnya. Hal ini menunjukkan kesempurnaan ilmu, qudroh dan hikmah Robb"