Masa awal pemerintahan
Islam, jihad sebagai metode mendasar penyebaran dakwah Islam telah menjadi
bagian penting dari upaya membangun kekuatan Daulah Islam. Jihad adalah perang
di jalan Allah untuk meninggikan kalimat Allah. Oleh sebab itu diperlukan persiapan
baik logistik, formasi perang, strategi, komandan dan para pasukan serta
persenjataan. Persenjataan mengharuskan adanya industri.
” Siapkanlah untuk
menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi dan dari kuda-kuda
yang ditambatkan unuk berperang (yang dengan persiapan itu) kalian
menggentarkan musuh Allah, musuh kalian, dan orang-orang selain mereka yg tidak
kalian ketahui sedangkan Allah mengetahuinya.” [Q.S. Al-Anfal: 60]
Dalam ayat tersebut
Allah memerintahkan untuk membangun kekuatan agar musuh yang dihadapi merasa
gentar. Sedangkan musuh tidak akan gentar kecuali dengan adanya persiapan, dan
persiapan itu mengharuskan adanya industri persenjataan. Ayat di atas
mengandung ‘illat syar’I bagi kaum Muslim untuk mempersiapkan kekuatan
(kuda-kuda untuk berperang). Dan ‘melontarkan rasa takut kepada musuh’
merupakan ‘illat-nya. Kewajiban ini dipahami menurut dalâlah iltizâm atau
kaidah mâ lâ yatimmu al-wâjib illâ bihi fahuwa wâjib (suatu kewajiban yang
tidak akan sempurna kecuali dengan adanya sesuatu maka sesuatu itu menjadi
wajib hukumya). Jadi, mendirikan industri militer/perang wajib hukumnya
berdasarkan mafhum dari dalil tersebut.
1. MANJANIQ
Manjaniq pertama kali digunakan oleh kaum Muslim pada peristiwa
pengepungan Bani Thaif. Adalah Salman Al-Farisi -seorang Persia yang masuk Islam
di masa Rasulullah Saw- orang pertama yang memproduksi senjata ini atas
perintah Nabi Saw. Manjaniq merupakan mesin balok pengayun yang dioperasikan
oleh orang-orang yang menarik tali pada satu sisi balok sehingga ujung yang
lain akan berayun sangat kuat dan menembakkan misil dari tali yang menempel
pada ujungnya.
Manjaniq sebenarnya telah dikenal sebelum masa penaklukan Islam.
Bangsa Avar pernah menggunakannya pada penyerbuan Thessalonica di tahun 597 M.
Bahkan mesin pelontar ini dipercayai dicipta pertama kali oleh China antara
abad ke-5 dan ke-3 SM, dan sampai ke Eropa sekitar 500 M.
Lalu pada masa pemerintahan
Islam, Salman mengusulkannya kepada Nabi Saw sebagai senjata perang, seperti
yang diriwayatkan dalam Sirah al-Halabiyah. “Hingga pada hari pecahnya dinding
benteng Thaif,” demikian Ibnu Hisyam meriwayatkan dalam kitab Sirah-nya,
“Sekelompok sahabat Rasulullah Saw masuk ke dalam bawah dababah, lalu mereka
berusaha masuk ke dalam dinding benteng Thaif agar mereka bisa membakar pintu
benteng. Bani Tsaqif lalu melemparkan potongan-potongan besi yag telah
dipanaskan dengan api sehingga membakar dababah yang ada dibawahnya, kemudian
Bani Tsaqif melempari mereka dengan anak panah sehingga beberapa orang gugur.”
[4] Atas usulan Salman ini, Nabi Saw langsung mengangkatnya sebagai mudir[5]
untuk mengelola industri militer dan memproduksi manjaniq untuk memperkokoh
kekuatan pasukan artileri yang dipersiapkan untuk terjun ke medan tempur.
2. Pedang Damaskus (Sword of Damascus)
Dihiasi dengan ornamen
garis bergelombang, lentur, ringan, dan mampu menembus baju zirah, menjadikan
pedang damaskus salah satu senjata perang paling bersejarah.
Pedang ini diproduksi di Damaskus pada abad ke-12 M. Eropa lalu mencoba
membuat yang serupa dengannya, namun hingga saat ini masih belum mampu meniru
100%. Bahkan dengan teknologi metalurgi sekalipun belum dapat membuat tandingan
yang memiliki ketajaman yang sama dengan Pedang Damaskus ini. Pedang yang
pernah membuat gentar Pasukan Salib ini, memiliki semacam lapisan kaca di permukaannya.Sutra
akan terbelah bila jatuh di atasnya. Pedang lain pun akan menemui nasib yang
sama jika beradu dengannya. Tidak ada yang menyangka, bahwa ilmuwan Muslim
telah menerapkan teknologi nano sejak seribu tahun yang lalu.
Selama ratusan tahun, tidak ada yang mengthui rahasia kehebatan
pedang tanpa tanding ini. Adalah John D. Verhoeven -seorang profesor metalurgi
modern dari Iowa State University- yang berkolaborasi dengan Alfred H. Pendray,
seorang tukang besi dari Florida, yang telah mencoba membuat pedang ini selama
bertahun-tahun.
Dari penerapan
nanoteknologi bahan impurities (non-besi dan non-carbon) dalam adonan baja yang
membentuk pola mirip aliran air yang dikenal dengan Multi Walled Carbon Nano
Tube, barulah diketahui rahasia di balik kehebatan pedang damaskus ini.
3. teknologi pembuatan mesiu
Tidak hanya mumpuni dalam seni membuat pedang, kaum Muslim juga
mampu mengembangkan teknologi pembuatan mesiu.Walaupun senyatanya bubuk mesiu
pertama kali ditemukan di Cina yang digunakan sebagai alat pembakaran pada abad
9 M, dua abad sebelumnya seorang ahli kimia Muslim Khalid bin yazzid telah
mengenal lebih dulu potassium nitrat (KNO3), bahan utama pembuat mesiu.
Eropa baru mengenal mesiu
setelah dibawa oleh pasukan Mongol pada tahun 1240 M. Dan selanjutnya
dikembangkan menjadi bahan peledak, misalnya untuk mendorong peluru, kemudian
seabad setelahnya disempurnakan menjadi senjata api. Jauh sebelum Eropa
mengembangkan teknologi pembuatan mesiu, ilmuwan-ilmuwan Muslim telah lebih
dulu mencobanya. Banyak ilmuwan Mulim yang menguasai teknik pemurnian
potassium, sebuah teknik yang tak diketahui oleh orang-orang Cina. Jabir Ibnu
Hayyan (wafat tahun 815 M), Abu Bakar Al-Razi (wafat tahun 932), dan Hasan
Al-Rammah adalah ilmuwan-ilmuwan Muslim yang telah menguasai teknik ini dan
telah dijelaskan di dalam karya-karya mereka.
Teknik pemurnian ini dilakukan agar potassium bisa digunakan
sebagai bahan peledak. Pemurnian potassium ini pernah diklaim Barat sebagai
temuan Roger Bacon. Namun klaim ini dipatahkan sendiri oleh ilmuwan Barat
lainnya yaitu Partington. Hasan Al-Rammah telah menjelaskan proses ini secara
rinci di dalam karyanya Al-Furusiyyah wa Al-Manasib Al-Harbiyyah.
Penguasaan Al-Rammah atas
penggunaan bubuk mesiu sangat luar biasa. Ia telah berhasil menulis sebanyak
107 rumus atau resep penggunaan mesiu. 22 resep di antaranya diracik khusus
untuk membuat roket. Saat Perang Salib meletus tahun 1249 M, Raja louis IX dan
para pasukannya pernah merasakan kehebatan moncong meriam dan roket kaum Muslim.
4. The Mohammed’s Greats Gun
itulah sebutan senjata yang dibuat pada tahun 1942 ini . Meriam ini
dibuat sebagai jawaban atas keinginan Muhammad al-Fatih untuk menjebol benteng
pertahanan Kostantinopel. “Aku dapat membuat meriam tembaga dengan kapasitas
seperti yang Anda inginkan,” kata Orban -seorang ahli insinyur yang diundang
Al-Fatih ke Adrianopel-, “Aku telah mengamati secara detail tembok di
Konstantinopel. Aku tidak hanya akan memorakporandakan tembok itu dengan
senjataku. Bahkan, tembok Babilonia pun akan hancur karenanya.” Tentu saja hal
ini disambut gembira oleh Muhammad Al-Fatih.
Impian untuk mewujudkan bisyarah Rasulullah Saw (tentang takluknya
Kontantiopel) sudah di depan mata. Maka dijalankanlah proyek tersebut. Dan
senjata terbesar di dunia yang pernah ada pada masanya akhirnya berada dalam
genggaman Muhammad Al-Fatih. Memiliki panjang 8,2 meter, diameter 76 cm, dengan
berat 18,2 ton, meriam ini sanggup melontarkan bola besi padat berdiameter 70
cm dengan berat 680 kg sejauh 1,6 km.
Militer Hebat, Negara pun Kuat
“Pasukan Utsmaniy sangat cepat gerakannya,”
ujar Bertrand de Broquiere –seorang pengembara asal Perancis-, “Seratus pasukan
Kristen akan jauh lebih gaduh dari sepuluh ribu pasukan Utsmaniy.Tatkala
genderang perang telah ditabuh, maka dengan segera mereka akan bergerak, mereka
tidak akan berhenti melangkah hingga komando dikeluarkan. Mereka adalah pasukan
yang terlatih. Dalam semalam mereka mampu melakukan tiga kali lipat perjalanan
yang dilakukan oleh musuh-musuhnya orang-orang Kristen.”
Kaum Muslim memang telah berhasil membangun angkatan bersenjata
yang kuat dan pasukan yang terlatih. Walaupun tidak bisa dikatakan bahwa
militer sebagai satu-satunya faktor penentu kemenangan di medan perang, tetapi
ia merupakan salah satu sebab di antara sebab-sebab yang mengantarkan kepada
kemenangan.
Maka tak heran jika Rasul Saw sangat memperhatikan strategi
perang, kekuatan pasukan, dan persenjataan di setiap peperangan. Dan
selanjutnya juga menjadi perhatian para Khalifah pada masa sesudahnya. Di masa
Abbasiyah, sebagaimana yang dituturkan oleh Philip K. Hitti, “tentara kaum
Muslim terdiri dari pasukan infanteri (harbiyah) yang bersenjatakan tombak,
pedang dan perisai, pasukan panah (ramiyah) dan kavaleri (fursan) yang
mengenakan pelindung kepala dan dada, serta bersenjatakan tombak dan kapak.
Tiap pasukan pemanah membawa pelontar nafa (naffathun), mengenakan pakaian anti
api dan melontarkan bahan mudah terbakar ke pasukan musuh.
” Ibn Shabir al-Manjaniqi, seorang arsitek kondang pada masa
an-Nashir (1180 – 1225), telah menulis sebuah buku tentang teknik dan seni
peperangan. Pada masa itu juga, para arsitek telah membangun mesin pengepung,
seperti katapul, pelontar, dan pendobrak.
Tak hanya tangguh di darat, tentara kaum Muslim pun hebat di
laut. Mu’awiyah adalah khalifah pertama yang melancarkan jihad melalui lautan.
Kemudian pada masa Khalifah Abdul Malik, industri peralatan maritim untuk
pertama kalinya dibangun di Tunisia.
“Dari sana, penaklukan atas Sisilia diberangkatkan,” demikian
Ibnu Khaldun menceritakan dalam Muqaddimah-nya, “Dan pada masa itu pula
ditaklukkan Qusharrat. Setelah itu di bawah Bani Ubaidi dan Bani Umayyah,
armada Ifriqiyah dan Andalusia terus-menerus bergantian menaklukkan kota demi
kota. Selama masa pemerintahan Daulah Islamiyah,lanjut Ibnu Khaldun, kaum
Muslim menaklukkan seluruh sisi lautan.
Kekuasaan dan dominasi mereka semakin luas. Bangsa Kristen tak
dapat berbuat apa-apa terhadap armada kaum Muslim, di mana pun di laut Tengah.
Sepanjang waktu, kaum Muslim mengarungi gelombang untuk menguasai semua
semenanjung yang membujur di pantai Laut Tengah, seperti Mayorca, Minorca,
Ibiza, Sardinia, Sisilia, Pantelleria, Malta, Crete, Cypus, dan semua provinsi
Mediterranean Romawi dan Franka. Penaklukan dan penyebaran Islam yang begitu
massif bukanlah semata-mata karena militer yang kuat, tetapi faktor utama semua
itu adalah ideologi Islam. Motivasinya pun bukan lantaran memburu ghanimah
(harta rampasan perang) atau sumber daya alam. Semua wilayah yang akan
ditaklukkan sama di mata kaum Muslim, baik kaya maupun miskin.
Seperti Afrika Utara yang tak punya kekayaan apa pun, kaum
Muslim dengan penuh keyakinan masuk ke sana dan menyebarkan Islam. Sungguh,
suatu saat nanti musuh-musuh Islam akan terperangah menyaksikan kekuatan kaum
Muslim bangkit kembali. Mereka akan menggenggam Timur dan Barat sebagaimana
orang-orang sebelum merka.
Islam akan masuk sedemikian
cepat ke dalam setiap rumah dengan segenap kemuliaannya. “Sungguh perkara agama
ini,” demikian Rasul Saw mensabdakan dalam riwayat Imam Ahmad, “akan sampai ke
seluruh dunia sebagaimana sampainya malam dan siang. Allah tidak akan
membiarkan satu rumah pun, baik di tengah penduduk kota atau di tengah penduduk
kampung, kecuali Allah akan memasukkan agama ini ke dalamya dengan kemuliaan
yang dimuliakan dan kehinaan yag dihinakan; kemulian yang dengannya Allah
memuliakan Islam dan kehinaan yang dengannya Allah menghinakan kekufuran.
Wallahu a’lam bi ash-showwab.